APAKAH BENAR MASALAH ATAU HANYA PENGALIHAN ISU ?
Berangkat
dari beberapa pemberitaan di media tentang problematika kenegaraan yang semakin
menggelitik atas permaslahan yang tengah melanda. Sebagai seorang warga negara,
tentunya hal ini bukan hanya menjadi tumpuan pemikiran para jajaran parlemen
pemerintahan yang ada. Namun juga menjadi pemikiran dan tanda tanya bagi
masyarakat tentang problematika yang beruntun hadir tengah ditengah kita.
Kemajuan technology saat ini
tentunya membawa masyarakat dengan cepat menerima informasi atas apa yang
tengah terjadi. Membawa arus opini masyarakat terhadap pro kontra permasalahan
yang entah benar terjadi atau dilebih-lebihkan oleh media. Dalam hal ini
cepatnya pemberitaan menjadikan kita dalam hitungan detik dapat mengetahui apa
yang tengah terjadi dibelahan dunia manapun. Ternyata hal ini dapat berdampak
pada aliran opini sudah tidak terbendung lagi, masyaratak dengan mudahnya di
bimbing untuk meninggalkan sebuah opini dan beralih pada opini lainya. Isu-isu
yang tengah mencuat menunjukkan kondisi negeri kita yang sedang tidak baik-baik
saja.
Permasalahan kenegaraan saat ini
yang melanda ditengah kita secara beruntun tentunya menjadi tanda tanya yang
besar tentang bagaimana upaya pemerintah dalam penangan beberapa permasalahan
yang tak kunjung usai. Beberapa permasalahan yang di hadirkan di tengah kita
mulai dari persoalan rasis,ekonomi,pemerintahan,regulasi yang berlaku bahkan
konsumsi pemberitaan publik sampai pada hal yang tabu.
Pada tahun 2019 pasca pemilihan
presiden mencuat satu permasalahan tentang sengketa pemilu mengenai
klaim-mengklaim prolehan suar tertinggi pada eleksi. Di tengah ramainya
pemberitahuan tersebut masyarakat kembali di sugukan pemberitaan wacana pemindahan
ibu kota yang sebelumnya di jakarta akan di pindahkan ke kalimantan. Sebagaimana kita ketahui bersama di balik pemindahan ibu
kota ini tentunya memakan pembiyayan cukup besar, wacana pemindahan ibu kota mencuri perhatian
seluruh masyarakat indonesia. Namun, beberapa pihak menyebutkan bahwa
pengumuman yang terkesan tergesa-gesa dan terjadi saat bara kerusuhan sedang
bernyalah di papua, seolah menyiratkan bahwa isu ini menjadi bagian dri upaya
pembentukan opini publik dan pengalihan fokus pemberitaan dari persoalan
besaryang tengah dihadapi di indonesia timur.
Pasalnya, pengamat media sosial dari
Drone Emprit, Ismali Fahmi menyebutkan bahwa percakapan soal pemindahan ibu
kota di Twitter memang mengalahkan isu papua yang sempat ramai menjadi
pembahasan netizen. Setelah umumkan oleh jokowi, isu pemindahan ibu kota ini
seolah menutupi berbagai pemberitahuan dan percakapan di media sosial tentang
papua. Drone Emprit menjabarkan bahwa percakapan terkait papua pada 26 agustus
2019 lalu menujukan angak 75,564 dan sehari setelahnya mengalami penurunan
hingga 48.832. sementara percakapam pindah ibu kota di hari yang sama sebesar
97.773 dan turus naik hingga 107,284 pada 27 agustus 2019.dari konteks ini saja
sudah terlihat bahwa ada pergeseran percakapan dan oponi publik yang digiring pada wacana pemindahan ibu kota, isu papua
memang masih tetap di bicarakan dan di beritahukan, namun porsinya tentu
menjadi jauh lebih kecil.
Isu demi isu berhamburan pada laman
media masa yang menjadi konsumsi masyarakat. Pada saat yang bersamaan ditengah
hangatnya isu-isu sebelumnya, masyarakat di buat geram kembali dengan RUU
KPK,RUU KUHP,RUU PKS. Hal ini bahkan menuai kritikan pro dan kontra dikalangan
masyarakat. Bahkan mahasiswa turut ambil andil pada permasalahan ini. Dimana
adanya seruan aksi serentak menolak adanya RUU tersebut. Dengan adanya hal ini,
permasalahan sebelumnya lenyap begitu saja dan tidak lagi menjadi perbincangan
hangat ditengah masyarakat. Jika kita menelusuri lebih dalam hal ini tentunya
menjadi pengalih perhatian masyarakat pada permasalahan yang sedang terjadi.
Apakah ini sebuah kebetulan ? ataukah memang sebuah masalah ? atau hanya sebuah
pengalihan isu semata.
Dari beberapa isu-isu di atas
tentunya menjadi sebuah pertanyaan mendasar tentang apa kabar pemerintah saat
ini ? isu-isu demi isu dilayangkan dimedia, menjadikan arus opini masyarakat
dari masalah satu kemasalah lainnya. Hingga kita semua terlena pada arus media
sampai melupakan beberapa persoalan yang sangat krusial terjadi. Apa kabar
dengan kasus HAM dan Rasisme yang sampai sekarang belum ada titik terang
penyelesaian, bagaimana dengan pemerataan pendidikan, kesejahteraan rakyat,
hutang kenegaraan ditengah agenda pemindahan Wacana Ibukota yang memakan biaya
yang begitu banyak. Di kagetkan lagi dengan masalah Naiknya biaya iuran BPJS yang menuai pro dan kontra. Sangat menggelitik
memang, ditengah isu-isu yang sangat menggelitik tanpa ada kabar penyelesaian
yang jelas masyarakat kembali disugukan dengan
Omnibus law yang menuai kritikan, penolakan serta argumen kontra dari
masyarakat.
Kenyataan ini mengajarkan pada kita,
bahwa kita harus cermat dalam memilah milah mana yang menjadi fokus perhatian
kita bangsa Indonesia. Bahwa seharusnya hal yang lebih penting dan mendesaklah
yang harus kita prioritaskan. Sebagai penerima berita, tentunya sangat penting
bagi kita untuk tidak langsung memberikan opini mengenai hal yang beritakan,
tapi harus lebih jeli dalam melihat dan merespon isu - isu yang tengah beredar.
Segala hal dikembalikan kediri kita masing-masing. Semoga semua persoalan yang
ada segera menuai titik temu penyelesaian bukan sebuah isu tambahan.
Nama : Ikra Paulus
Mahasiswa
jurusan PPKN FIS-UNG
Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII
)
Aktivis
Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim ( FKMM)