Catatan Ke-FKMM-An
Ramli Mahmud
Ketua Bidang Kepemimpinan Kader (KPA FKMM)
Forum Komunikasi
Mahasiswa Muslim (FKMM) merupakan wadah yang selama ini menjadi sumber
inspirasi bagi hidup saya. Karaktek ber-FKMM-an saya tidak pernah menemukan ditempat
lain, di FKMM saya menemukan hidup dalam kesepahaman dan keberagaman. Sejak
menginjakkan kaki di bumi Hulondalo saya adalah bagian dari ke-aku-an yang
menerpa diri dari berbagai dilema dan dinamika kemahasiswaan untuk mencari
proses ke-kita-an. Era 90-an hingga 2001 merupakan bagian dari pengkultusan
identitas organisasi ekstra yang sangat dirasakan betul oleh kalangan
mahasiswa. Proses pengkultusan tersebut sangat dirasakan pada pada saat itu,
hingga terbawa sampai pada proses perkuliahan, cukup dengan menuliskan simbol
dikertas ujian, ada kepastian untuk mendapatkan nilai A jika dosen yang
bersangkutan memiliki kesamaan identitas organisasi ekstra dengan mahasiswa.
FKMM
diperhadapkan pada dilema besar ketika dibawah kepemimpinan Harun Blongkod,
diintimidasi pada saat pelaksanaan Temu Orientasi (TO) hingga menjurus kepada
kontak fisik. Cerita itu menjadi dasar utama bagi FKMM untuk melebarkan sayap
dan semangat juangnya di bumi Hulondalo. Era kepemimpinan Ramli Ondang sebagai
ketua cabang FKMM Manado dapat membawa suatu konsekuensi logis bagi FKMM di
Gorontalo. Dikala itu, saya, Iwan Lakoro dengan beberapa rekan dihubungi oleh
Tamrin Gani yang saat itu bersama-sama
dengan Sofyan Alhadar mengajak kita untuk berkunjung ke Manado. Ditahun yang sama,
bagi kita, Manado adalah kota impian yang harus di kunjungi, tanpa di sadari
ternyata mimpi untuk berangkat ke Manado adalah bagian dari fatamorgana. Jauh
dari harapan, bukan hanya sekedar berkunjung namun sesampai di hotel kawanua Manado langsung di
suguhkan dengan tata tertib peserta TO. Ingin hati untuk memberontak, tapi
apalah daya, kita tidak tau jalur atau jalan untuk balik ke Gorontalo, semua
peserta dari Gorontalo ingin memberontak ketika berdiskusi, namun sekali lagi,
kita tidak tau jalan untuk pulang.
Hari pun
berlalu, tanpa disadari, FKMM telah membahana dalam jiwa, saya menyadari satu
hal, karakter ber-FKMM-an tidak ditemukan ditempat lain. Dengan kesadaran yang
dibentuk melalui TO, semangat yang muncul adalah bagaimana FKMM di Gorontalo
harus eksis. Melalui kepiawaian Sofyan Alhadar dan Hendra Abdul saat itu sangat
gigih dalam memperjuangkan semangat anak Forum membuat FKMM kembali eksis di
Gorontalo. kolektifitas kesadaran muncul
ketika TO beberapa kali dilakukan didominasi oleh mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial khusunya Jurusan Ekonomi dan PPKn. Melalui FIS, FKMM berkiprah dan
diperhitungkan dalam setiap perhelatan politik kampus hingga mengantarkan saya
sebagai Presiden BEM UNG periode 2006-2007. Watak insan akademik terpatrih pada
setiap jiwa anak forum, kita menyadari di saat yang sama tidak memiliki
siapa-siapa, namun semangat juang anak forum pada masa itu telah mampu
mengantarkan anak-anak kader menjadi insan yang berguna bagi semua orang.
Rasid Yunus
termasuk kader yang sangat konsisten dengan semangat juang anak forum, yah,
memang aneh. Di saat setingan BEM, 99% aktifis yang berasal dari Pohuwato
berbondong-bondong untuk melakukan setingan dengan tim kandidat dari Pohuwato,
namun ia memilih jalan tersendiri, hanya ia sendiri yang ikut setingan dengan
kelompok yang mendukung saya pada saat itu. Integritas ber-FKMM-an bagi Rasid
Yunus adalah hal yang tidak perlu di ragukan.
Iwan Lakoro,
melalui jurusan Ekonomi menunjukan integritasnya atas dukungan yang sangat luar biasa. Mobiliasi massa sebagai bentuk
dari gerakan anak Forum menunjukan dukungan penuh jurusan ekonomi terhadap
pencalonan presiden BEM UNG. Atas kesadaran kolektif, alat transportasi yang
awal tidak dimiliki oleh TIM, namun pada hari pemilihan, tanpa koordinasi dan
konsolidasi tim alat transportasi disiapkan oleh anak forum yang berasal dari
jurusan Ekonomi. Menariknya Fajrin Arsyad yang memilih untuk bersebrangan
dengan tim pemenangan dan menjadi ketua tim sukses bagi pasangan lain, akan
tetapi komunikasi diantara kami tidak ada batasan dan bahkan seakan-akan tidak
ada perkara yang serius menyangkut dengan perbedaan pilihan politik dan setelah
itu Fajrin Arsyad ditetapkan sebagai Menteri Advokasi dan HAM BEM UNG
2006-2007.
Bukan untuk
mengklaim, tetapi fakta membuktikan bahwa kepemimpinan BEM UNG pada era itu
mampu menjawab semua tuntutan mahasiswa dan diklaim oleh mahasiswa sebagai
pengurus BEM yang sangat berhasil. Torehan prestasi utama adalah menerbitkan
buku “UNG Menuju Universitas Bermutu”. Pola kepemimpinan yang dibangun sangat
sarat dengan jiwa ke-FKMM-an. Semua Kabinet terdiri dari 2 orang Mentri dan
satu bendahara (Hermin Ekawati : anak Forum kebutulan sekarang Istrinya kaka
rasid Yunus), selain itu, 5 menteri dari saingan politik termasuk sekretaris
jendar BEM UNG. Secara keseluruhan
kebinet dari Tim pemenang sekitar 30 % dan 70 % dari TIM lawan termasuk 2 orang
calon kandidat masuk dalam jajaran kabinet. Namun sayangnya, Umar Wirahadju
yang TO seangkatan dengan saya tidak masuk dalam jajaran kebinet bersama anak
forum lainnya. Hal menarik yang dapat dipetik adalah, walaupun mereka tidak masuk
dalam kebinet, selama setahun kepemimpinan di BEM, mereka sangat mensuport BEM
pada semua lini. Terima kasih anak forum, atas kepiawaiannya kita mengalami
masa keemasan pada waktu kita sendiri…
Catatan diatas
bukan bermaksud untuk menyombongkan diri pada masa kekitaan, namun raihan
prestasi bagi para pejuang FKMM diera 80-an terpatri dalam jiwa anak Forum pada
massa kami. Ka Alim S. Niode pada saat TO yang dilaksanakan di penginapan
Surabaya Kota Gorontalo meneteskan air mata dan mencium bendera FKMM sangat
membakar semangat anak forum pada saat itu. (sayangnya tidak memiliki
dokumentasi, maklum pada saat itu anak forum belum menggunakan HP android).
Namun kesan oleh anak forum adalah biarkan mereka yang mengklaim keberadaan
kanda di tempat mereka, namun anak forum meyakini satu hal bahwa jiwa dan raga
kanda berada diantara jiwa-jiwa anak Forum. Mengesankan bagi anak forum pada
massa itu adalah keberadaan kanda Basri Amin, yang terlanjur diklaim oleh
tempat lain sebagai senior. Cerita Sofyan Alhadar dan Hendra Abdul yang
seakan-akan menghipnotis anak forum tentang keberadaan Basri Amin, namun anak
Forum merasa sedih atas tidak pernah kunjung tiba sosok seorang Basri Amin. Keresahan dan
kesedihan bagi anak forum bisa terobati lewat kehadrian almarhum “KATI”
(Isnaini) sebagai actor penting dalam menggerakan roh anak forum di
Gorontalalo. Bagi massa kita di
Gorontalo, sosok Alim S. Niode dan Basri Amin adalah sosok yang sangat dirindukan
pada masa itu. Namun disaat yang bersamaan anak Forum merindukan kedua sosok
tersebut bagai kuncup merindukan bulan. Berlanjut……………..