Dua sisi kebiajkan pencegahan virus Corona di indonesia

Iklan Semua Halaman

Iklan

Dua sisi kebiajkan pencegahan virus Corona di indonesia

FKMM Gorontalo
Selasa, 24 Maret 2020

Dua sisi kebiajkan pencegahan virus  Corona di indonesia


       Apabila kita mendengar istilah virus Corona, tentu sudah tak asing lagi ditelinga kita, pasti yang dibenak kita adalah sebuah virus yang sangat menakutkan, karena tidak terlihat namun bisa mematikan. De omnibus dubitandum "Segala sesuatu memang harus diragukan. Itulah  istilah yang sering kita dengar dari seorang ahli filsafat Rene Descartes. dalam konteks kepercayaan masyarakat terhadap wabah virus Corona, ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa virus Corona bukanlah virus yang harus ditakutkan ,karena mereka meyakini bahwa sakit itu pasti ada obatnya. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa virus Corona adalah sebuah virus yang harus ditakuti dan harus dicegah bila perlu harus mengisolasi diri dari tempat- tempat keramaian.

Namun siapa sangka polemik perdebatan yang sering kita jumpai dimedia sosial, ada yang setuju terhadap kebijakan pemerintah, untuk menyarankan masyarakat Indonesia dalam kurun  waktu tertentu, agar bisa  berdiam di tempat tinggalnya masing-masing, dan bila perlu seluruh pekerjaannya harus dilakuan dari rumah. Nah disisi lain ada masyarakat yang menganggap bahwa kebijakan ini terlalu lucu dan sanagat tidak relevan dengan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia, yang notebnya rata-rata bukan pegawai negri. Contoh yang sederhana adalah driver ojek online, Diman mereka harus melakukan pekerjaan itu untuk bisa memberikan makan bagi anak dan istrinya. Karena kebijakan pemerinta yang menyuruh masyarak untuk berdiam diri dirumah, dan melakukan semua pekerjaan itu didalam rumah faktanya pemerintah Indonesia tidak memberikan bantuan apa-apa seperti dalam bentuk makanan bahkan maskerpun untuk pelindung diri tidak ada dari pemerintah. Justru harga masker yang harga biasanya 5000 kini menjadi 10000. apakah itu yang dinamakan kebijakan. Yang seharusnya pemerintah sebagai pemegang kekuasaan  tentunya bertindak keras kepada produsen masker, untuk harganya tidak dinaikan seperti itu. Karena percuma saja pemerintah harus berkoar-koar ,untukmenganjurkan masyarakatnya ketika keluar  rumah, di sarankan menggunakan masker,bagaimana masyarakat mau taat sedang harga maskernya saja sudah terlalu mahal.

        Karena secara rasionalis manusia itu selalu berfikir apa yang menjadi kebutuhan utama dalam kehidpunya. Oleh karena dalam konteks penerapan kebijakan haruslah ada solusi bagi masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Sebagaimana dalam konteks UUD 1945 "Melindungi Segenap Bangsa jndonesia, dan seluruh tumpah darah indonesia. Dalam kontek kebijakan pemerintah memang sudah benar, akan tetapi solusi yang menjadi keluahan bagi masyarakat haruslah bisa lebih diperhatikan.

      Selain polemik perdebatan tentang cara pandang masyarakat terhadap wabah virus Corona apakah kita sadar bahwa  kita tengah dihanyutkan dalam sebuah kegelapan yang dihantui oleh rasa takut. Sehingga masyarakat sebagai pengontrol kebijakan negara, kini mulai hanyut hanya karena wabah virus Corona , apakah kita sadar bahwa saat ini media terlalu sering mengangkat isu tentang Corona, dan mereka menenggelamkan isu-isu tentang kasus korupsi dan kebijakan lainya, yang pada notenya sanagat merugikan negara. Apak kita ingat dengan kasus jiwas raya ,yang tengah viral namun redup seketika adanya wabah virus Corona, dan bukan hanya itu saja, perdebatan tentnag kebijakan omnibuslaw yang menjadi polemik perdebatan dikalangan aktivis dan masyarakat, yang di tandai dengan aksi penolakan RUU omnibuslaw.namun di redupkan oleh issu wabah virus Corona. Jangan sampai kita terlena dengan rasa takut terhadap wabah virus Corona, lalu kita lupa akan kesalahan yang telah dilakukan oleh para pelaku yang sering merugkkan negara.



Penulis : Yayan Sahi