Dua sisi kebiajkan pencegahan virus Corona di indonesia
Apabila
kita mendengar istilah virus Corona, tentu sudah tak asing lagi ditelinga kita,
pasti yang dibenak kita adalah sebuah virus yang sangat menakutkan, karena
tidak terlihat namun bisa mematikan. De omnibus dubitandum "Segala sesuatu
memang harus diragukan. Itulah istilah
yang sering kita dengar dari seorang ahli filsafat Rene Descartes. dalam
konteks kepercayaan masyarakat terhadap wabah virus Corona, ada sebagian
masyarakat yang menganggap bahwa virus Corona bukanlah virus yang harus
ditakutkan ,karena mereka meyakini bahwa sakit itu pasti ada obatnya. Sebagian
besar masyarakat menganggap bahwa virus Corona adalah sebuah virus yang harus
ditakuti dan harus dicegah bila perlu harus mengisolasi diri dari tempat-
tempat keramaian.
Namun
siapa sangka polemik perdebatan yang sering kita jumpai dimedia sosial, ada
yang setuju terhadap kebijakan pemerintah, untuk menyarankan masyarakat
Indonesia dalam kurun waktu tertentu,
agar bisa berdiam di tempat tinggalnya
masing-masing, dan bila perlu seluruh pekerjaannya harus dilakuan dari rumah.
Nah disisi lain ada masyarakat yang menganggap bahwa kebijakan ini terlalu lucu
dan sanagat tidak relevan dengan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia, yang notebnya
rata-rata bukan pegawai negri. Contoh yang sederhana adalah driver ojek online,
Diman mereka harus melakukan pekerjaan itu untuk bisa memberikan makan bagi
anak dan istrinya. Karena kebijakan pemerinta yang menyuruh masyarak untuk
berdiam diri dirumah, dan melakukan semua pekerjaan itu didalam rumah faktanya
pemerintah Indonesia tidak memberikan bantuan apa-apa seperti dalam bentuk
makanan bahkan maskerpun untuk pelindung diri tidak ada dari pemerintah. Justru
harga masker yang harga biasanya 5000 kini menjadi 10000. apakah itu yang
dinamakan kebijakan. Yang seharusnya pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tentunya bertindak keras kepada produsen
masker, untuk harganya tidak dinaikan seperti itu. Karena percuma saja
pemerintah harus berkoar-koar ,untukmenganjurkan masyarakatnya ketika
keluar rumah, di sarankan menggunakan
masker,bagaimana masyarakat mau taat sedang harga maskernya saja sudah terlalu
mahal.
Karena
secara rasionalis manusia itu selalu berfikir apa yang menjadi kebutuhan utama
dalam kehidpunya. Oleh karena dalam konteks penerapan kebijakan haruslah ada
solusi bagi masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Sebagaimana dalam konteks
UUD 1945 "Melindungi Segenap Bangsa jndonesia, dan seluruh tumpah darah
indonesia. Dalam kontek kebijakan pemerintah memang sudah benar, akan tetapi
solusi yang menjadi keluahan bagi masyarakat haruslah bisa lebih diperhatikan.
Selain
polemik perdebatan tentang cara pandang masyarakat terhadap wabah virus Corona
apakah kita sadar bahwa kita tengah dihanyutkan
dalam sebuah kegelapan yang dihantui oleh rasa takut. Sehingga masyarakat
sebagai pengontrol kebijakan negara, kini mulai hanyut hanya karena wabah virus
Corona , apakah kita sadar bahwa saat ini media terlalu sering mengangkat isu
tentang Corona, dan mereka menenggelamkan isu-isu tentang kasus korupsi dan
kebijakan lainya, yang pada notenya sanagat merugikan negara. Apak kita ingat
dengan kasus jiwas raya ,yang tengah viral namun redup seketika adanya wabah
virus Corona, dan bukan hanya itu saja, perdebatan tentnag kebijakan omnibuslaw
yang menjadi polemik perdebatan dikalangan aktivis dan masyarakat, yang di
tandai dengan aksi penolakan RUU omnibuslaw.namun di redupkan oleh issu wabah
virus Corona. Jangan sampai kita terlena dengan rasa takut terhadap wabah virus
Corona, lalu kita lupa akan kesalahan yang telah dilakukan oleh para pelaku
yang sering merugkkan negara.
Penulis : Yayan Sahi