MEDIA SOSIAL POSITIF VIRUS CORONA

Iklan Semua Halaman

Iklan

MEDIA SOSIAL POSITIF VIRUS CORONA

FKMM Gorontalo
Jumat, 20 Maret 2020

MEDIA SOSIAL POSITIF VIRUS CORONA
oleh
 Rian Haka

(Mahasiswa S-1 PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo)
(Aktivis Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim FKMM)
            Virus corona atau dikenal dengan covid-19 merupakan suatu virus yang tumbuh dan berkembang layaknya arus globalisasi yang di alami oleh dunia saat ini. Virus corona yang mulai merebak di china pada pengujung tahun 2019 kemarin membuat banyak masyrakat dunia gempar akan akibat yang ditimbulkan oleh virus tersebut. Seperti halnya virus-virus yang buming di tahun tahun kemarin, seperti virus flu burung, MERS, Flu babi, dan virus-virus lainnya membuat banyak dari masyarakat dunia terjangkit wabah-wabah tersebut dan tidak sedikat yang menjadi korban.

Namun penyebaran virus corona sedikit agak berbeda dengan virus-virus terdahulu. Karena virus corona atau covid-19 ini merebak ketika kemajuan era digitalisasi, sehingga masyarakat dunia dengan mudahnya mendapatkan informasi mengenai berbagai problem yang kemudian ditimbulkan oleh virus tersebut. Sebagaimana data dari weareSocial Dan Hootsuite tentang lenskep digital dunia, berdasarkan data digital 2020 terungkap bahwa pengguna internet mencapai 4,5 milyar orang. Dan angka ini menunjukan bahwa pengguna media sosial mencapai lebih dari 60 persen penduduk dunia atau lebih dari separuh populasi bumi, yang mana populasi bumi pada saat ini mencapai 7.75 milyar orang. (teknoia.com)

Yang akan menjadi pertanyaan menarik ketika melihat data di atas adalah seberapa besar pengaruh media sosial terhadap pemahaman pengguna media sosial terhadap covid-19 atau virus corona?
Tidak dapat kita pungkiri dengan derasnya informasi diberbagai media sosial membuat “virus corona” atau “covid-19” menjadi perbincangan yang hangat dan menjadi salah satu topic populer yang dibahas saat ini.

Sebagaiman rilis dari world health organization (WHO) bahwa status virus covid-19 atau virus corona ini merupakan fenomena outbreak atau sebagai kejadian luar biasa. Oleh sebab itu banyak berbagai media yang mengulas mengenai virus corona atau covid-19 ini. Baik analisis mengenai penyebaran corona, kasus penularan, gejala, penangan, dan lain sebagainya, dengan mengangkat satu topic populer “virus corona”.

Sebagiamana pertanyaan pertama tadi bahwa bagaimana pengaruh media sosial terhadap pemahaman pengguna media terhadap virus corona atau covid-19(!?). Sebagaimana yang di sampaikan oleh pengamat budaya dan komunikasi digital firman kurniawan, “magnitude pemberitaan lewat media sosial pun begitu gencar, dianggap menghebohkan oleh public, sehingga kekhawatiran pun muncul” kata firman kepada kompas.com, selasa 11/3/2020).

Di tengah kekhawartiran seperti apa yang disampaikan oleh firman tadi maka masyarakat seharusnya lebih bijak lagi ketika mencoba mengulas apa yang ada didalam pemberitaan yang disampaikan oleh media sosial terhadap public. Agar masyarkat public tidak kebingugan dan mendapatkan informasi yang rill dan bisa menjadi patokan dan pedoman.

Contoh kecil dari kehawatiran yang ditimbulkan oleh informasi yang beredar di public adalah banyak dari masyarakat yang kemudian berbondong bondong untuk berbelanja makanan dan masker dalam jumlah yang banyak, hal ini disebabkan karena informasi yang terus beredar dari berbagai orang-orang terdekat yang entah informasi tersebut didapatkan dari mana (hoaks), kekhawatiran ini tidak dapat di pungkiri dikarenakan banyak dari mayarakat yang membagikan infomasi tersebut kepada saudara, kerabat, dan orang-orang terdekat lainnya, sehingga hal tersebut justru membuat kekhawatiran semakin meningkat.

Oleh sebeb itu pemerintah dalam hal ini instansi yang terkait yakni kementrian komunikasi dan informasi (kominfo) terus menyaring dan menindaklanjuti seputar isu hoaks virus corona. Lewat laporan yang dirilis kominfo per 17 maret 2020, yang ditemukan sebanyak 242 kasus hoaks tentang virus corona yang bertebaran lewat platform digital. (cnbcindonesia.com).

 Menurut hemat penulis berita hoaks justru lebih berbahaya dari pada penyebaran wabah virus corona yang sebenarya. Dikarenakan justru memelalui media sosialah virus corona menyebarkan teror berupa ketakutan dan kekhawatiran secara lebih cepat dan luas terhadap public. Dan hal tersebut tentunya tidak dapat kita pungkiri, karena dengan berbagai kemajuan di era globalisasi seperti ini informasi-informasi dapat kita dapatkan dengan sangat cepat dan mudah.

Jika melihat keadaan sekarang dengan merebaknya wabah virus corona dan dengan berbagi sumber informasi yang sangat mudah untuk didapatkan atau media sosial maka secara sederhana keadaan sekarang bisa digambarkan sebagai fenomena dimana sosial medialah yang sekarang terjangkit virus corona.