MEDIA SOSIAL POSITIF VIRUS CORONA
oleh
Rian Haka
(Mahasiswa S-1 PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Gorontalo)
(Aktivis Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim FKMM)
Virus corona atau
dikenal dengan covid-19 merupakan suatu virus yang tumbuh dan berkembang
layaknya arus globalisasi yang di alami oleh dunia saat ini. Virus corona yang mulai
merebak di china pada pengujung tahun 2019 kemarin membuat banyak masyrakat
dunia gempar akan akibat yang ditimbulkan oleh virus tersebut. Seperti halnya
virus-virus yang buming di tahun tahun kemarin, seperti virus flu burung, MERS,
Flu babi, dan virus-virus lainnya membuat banyak dari masyarakat dunia terjangkit
wabah-wabah tersebut dan tidak sedikat yang menjadi korban.
Namun penyebaran virus corona sedikit agak berbeda dengan
virus-virus terdahulu. Karena virus corona atau covid-19 ini merebak ketika
kemajuan era digitalisasi, sehingga masyarakat dunia dengan mudahnya
mendapatkan informasi mengenai berbagai problem yang kemudian ditimbulkan oleh
virus tersebut. Sebagaimana data dari weareSocial Dan Hootsuite tentang lenskep
digital dunia, berdasarkan data digital 2020 terungkap bahwa pengguna internet
mencapai 4,5 milyar orang. Dan angka ini menunjukan bahwa pengguna media
sosial mencapai lebih dari 60 persen penduduk dunia atau lebih dari separuh
populasi bumi, yang mana populasi bumi pada saat ini mencapai 7.75 milyar
orang. (teknoia.com)
Yang akan menjadi pertanyaan menarik ketika melihat data di atas
adalah seberapa besar pengaruh media sosial terhadap pemahaman pengguna media
sosial terhadap covid-19 atau virus corona?
Tidak dapat kita pungkiri dengan derasnya informasi diberbagai
media sosial membuat “virus corona” atau “covid-19” menjadi perbincangan yang
hangat dan menjadi salah satu topic populer yang dibahas saat ini.
Sebagaiman rilis dari world health organization (WHO) bahwa status
virus covid-19 atau virus corona ini merupakan fenomena outbreak atau
sebagai kejadian luar biasa. Oleh sebab itu banyak berbagai media yang mengulas
mengenai virus corona atau covid-19 ini. Baik analisis mengenai penyebaran
corona, kasus penularan, gejala, penangan, dan lain sebagainya, dengan mengangkat
satu topic populer “virus corona”.
Sebagiamana pertanyaan pertama tadi bahwa bagaimana pengaruh media
sosial terhadap pemahaman pengguna media terhadap virus corona atau
covid-19(!?). Sebagaimana yang di sampaikan oleh pengamat budaya dan komunikasi
digital firman kurniawan, “magnitude pemberitaan lewat media sosial pun begitu
gencar, dianggap menghebohkan oleh public, sehingga kekhawatiran pun muncul”
kata firman kepada kompas.com, selasa 11/3/2020).
Di tengah kekhawartiran seperti apa yang disampaikan oleh firman
tadi maka masyarakat seharusnya lebih bijak lagi ketika mencoba mengulas apa
yang ada didalam pemberitaan yang disampaikan oleh media sosial terhadap
public. Agar masyarkat public tidak kebingugan dan mendapatkan informasi yang
rill dan bisa menjadi patokan dan pedoman.
Contoh kecil dari kehawatiran yang ditimbulkan oleh informasi yang
beredar di public adalah banyak dari masyarakat yang kemudian berbondong
bondong untuk berbelanja makanan dan masker dalam jumlah yang banyak, hal ini
disebabkan karena informasi yang terus beredar dari berbagai orang-orang
terdekat yang entah informasi tersebut didapatkan dari mana (hoaks),
kekhawatiran ini tidak dapat di pungkiri dikarenakan banyak dari mayarakat yang
membagikan infomasi tersebut kepada saudara, kerabat, dan orang-orang terdekat
lainnya, sehingga hal tersebut justru membuat kekhawatiran semakin meningkat.
Oleh sebeb itu pemerintah dalam hal ini instansi yang terkait yakni
kementrian komunikasi dan informasi (kominfo) terus menyaring dan
menindaklanjuti seputar isu hoaks virus corona. Lewat laporan yang dirilis
kominfo per 17 maret 2020, yang ditemukan sebanyak 242 kasus hoaks tentang
virus corona yang bertebaran lewat platform digital. (cnbcindonesia.com).
Menurut hemat penulis berita
hoaks justru lebih berbahaya dari pada penyebaran wabah virus corona yang
sebenarya. Dikarenakan justru memelalui media sosialah virus corona menyebarkan
teror berupa ketakutan dan kekhawatiran secara lebih cepat dan luas terhadap
public. Dan hal tersebut tentunya tidak dapat kita pungkiri, karena dengan
berbagai kemajuan di era globalisasi seperti ini informasi-informasi dapat kita
dapatkan dengan sangat cepat dan mudah.
Jika melihat keadaan sekarang dengan merebaknya wabah virus corona
dan dengan berbagi sumber informasi yang sangat mudah untuk didapatkan atau
media sosial maka secara sederhana keadaan sekarang bisa digambarkan sebagai
fenomena dimana sosial medialah yang sekarang terjangkit virus corona.