REKONSTRUKSI MINDSET MAHASISWA MENCARI ATAU MEMBUKA LAPANGAN PEKERJAAN SETELAH WISUDA

Iklan Semua Halaman

Iklan

REKONSTRUKSI MINDSET MAHASISWA MENCARI ATAU MEMBUKA LAPANGAN PEKERJAAN SETELAH WISUDA

FKMM Gorontalo
Minggu, 15 Maret 2020

REKONSTRUKSI MINDSET MAHASISWA MENCARI ATAU MEMBUKA LAPANGAN PEKERJAAN SETELAH WISUDA

Oleh : Yuspan Bempa

            Banyaknya harapan yang di harapkan setiap orang ketika mau  melanjutkan studi pendidikannya ke perguruan tinggi, tidak lain untuk merubah pola pikir, ekonomi keluarga dan masih banyak hal lainya. Akan tetapi tinggi melambungnya biaya pendidikan atau biasa di sebut uang SPP membuat pemuda merasa seakan di cekal untuk meraup cita-cita, keterbatasan ekonomi keluarga  pemuda harus mempertimbangkan bagaimana mereka bisa mencapai cita citanya. Dalam konteks Pendidikan, pemuda negeri ini selalu diberikan harapan dengan berbagai macam program pemerintah yang di kuncurkan demi anak-anak bangsa, namun semua itu tidak tersampaikan atau tidak langsung di rasakan oleh pemuda-pemudan yang berhak menerima  program di karenakan ada segelintir orang yang senang menari di atas program tersebut untuk menyelamatkan sanak keluarga, bahkan ada oknum yang mencoba memanfaatkan program tersebut demi kepentingan pribadi. Contoh yang bisa saya ambil adalah program bidik misi yang sejak tahun 2005 di luncurkan oleh presiden ke enam Republik Indonesia (bapak susilo bambang yudhoyono) melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan di bawah pimpinan bapak bambang sudibyo. Bidik misi yang notabennya di khususkan untuk masyarakat kecil atau masyarakat yang pendapatannya dibawah angka garis rata-rata yang memiliki prestasi akademik dan non akademik ini melenceng dari target pemerintah pusat. Banyaknya generasi bangsa yang berprestasi harus putus di tengah jalan dan yang menikmati program tersebut yang bisa dihitung mampu dan bisa ini terjadi hingga ke program-program sosial lainnnya di tataran desa.
            Mahasiswa merupakan masyarakat terpelajar yang berada  di tingkatan teratas pada rana pendidikan, mahasiswa lebih dikenal dengan agen of countrol, agen of cencs, agen of social. Sejak dahulu banyak orang menaruh harapan kepada seluruh mahasiswa yang sedang menimbah ilmu di perguruan tinggi.  baik itu perguruan tinggi swasta, negeri, maupun sekolah tinggi karena mereka tau masa depan  bangsa dan negara berada di tangan-tangan orang terpelajar, peduli, dan lain sebagainya. “Bukan berarti menyampingkan anak bangsa yang bukan mahasiswa” pada notabennya merekalah yang setiap malam duduk bersama sambil ditemani secangkir kopi di sebuah tempat membicarakan bagaimana masa depan bangsa dan negara ini kedepannya. Hari ini Mahasiswa di tuntut untuk mempercepat menyelesaikan studi dengan selambat-lambatnya tujuh tahun masa pendidikan, akan tetapi ketika selesai nanti mereka hanyalah menjadi pengangguran saja maka yang pastinya anggka pengangguran semakin tinggi. ketidak pastian lapangan pekerjaan dan minimnya lapangan pekerjaan yang di sediakan oleh pemerintah membuat mereka terpangsa harus menjadi seorang pengangguran. Hal inilah yang membuat saya tertarik dalam mengkaji kata fundamental ini yaitu “MAHASISWA” , dengan adanya keterbatasan lapangan pekerjaan yang di berikan atau di sediakan oleh pemerintah semestinya mahasiswa segera bertindak tegas serta lebih berpikir cermat, sebab hari ini dan kedepannya pasti akan lebih melambung tinggi angka pengangguran. Apalagi di zaman sekarang ijasah Sekolah Menengah Atas (SMA) seakan tidak berguna lagi, sebab semua lapangan pekerjaan yang di sediakan untuk mereka lebih minim lagi. Salah satu harapan generasi bangsa yang dimana mereka hanya sampai duduk di bangsu Sekolah Menengah Atas (SMA) di karenakan keterbatasan ekonomi untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi, kita selaku lulusan perguruan tinggi semestinya kita yang sudah memiliki ilmu dan pengalaman yang mumpuni bisa memberikan solusi untuk mereka yang  sedang pengangguran. Mahasiswa harus memutar akal, pikiran, serta cara yang produktif demi  membantu pemerintah menanggulangi angka pengangguran semakin tinggi tersebut, mahasiswa yang dulunya ketika lulus atau setelah diwisuda memikirkan dimana dia harus  mencari pekerjaan” menjadi dimana dia harus “membuka  lapangan pekerjaan” untuk mereka yang  sedang pengangguran, dengan cara ini kita sama-sama bisa menuntaskan angka pengangguran serta menurunkan angka kemiskinan di negeri ini.
Memang tidak mudah untuk membuka sebuah usaha yang menjadi ladang pekerjaan bagi mereka yang memerlukan pekerjaan, ada beberapa hal yang harus kita persiapkan yakni modal yang cukup, lahan untuk dijadikan tempat usaha, serta pemahaman tata kelolah administrasi dalam berusaha. Namun saat ini pemerintah memiliki berbagai upaya menangani hal-hal yang berurusan  tentang usaha, saat ini negara memiliki Badan Usaha Milik Negara   (BUMN).  Melalui lembaga ini kita bisa mengajukan permodalan untuk usaha melalui UMKM relatif, Ditambah lagi soal pengurusan surat izin usaha sekarang ini kian  di permudah oleh pemerintah. Mengingat tingginya biaya pendidikan juga menjadi salah satu faktor untuk mempercepat kesuksesan tanpa menunggu lapangan pekerjaan dari pemerintah, akan tetapi kita yang nantinya menjadi penyedia lapangan pekerjaan bagi mereka yang pengangguran jangan sekali-kali melupakan pemerintah bila mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kontra terhadap masyarakat, merugikan masyarakat apalagi jika hak masyarakat di rampas maka kita satukan gerakan, rapatkan barisan demi menyuarakan ketidak adilan yang terjadi.
Harapan saya sebagai penulis kepada seluruh mahasiswa yang membaca tulisan ini nantinya akan mengemban gelar sarjana agar kiranya bisa memberikan ruang kepada mereka untuk bekerja serta para generasi yang nantinya membuka lapangan pekerjaan agar kiranya lebih mengutamakan liveskil dan softskill. 

Penulis Merupakan Mahasiswa S1 Ppkn, fakultas ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo, Aktivis Botumoito, dan Anak desa berkarya.