REKONSTRUKSI MINDSET MAHASISWA MENCARI ATAU MEMBUKA
LAPANGAN PEKERJAAN SETELAH WISUDA
Oleh : Yuspan Bempa
Banyaknya harapan yang di
harapkan setiap orang ketika mau
melanjutkan studi pendidikannya ke perguruan tinggi, tidak lain untuk
merubah pola pikir, ekonomi keluarga dan masih banyak hal lainya. Akan tetapi
tinggi melambungnya biaya pendidikan atau biasa di sebut uang SPP membuat
pemuda merasa seakan di cekal untuk meraup cita-cita, keterbatasan ekonomi
keluarga pemuda harus mempertimbangkan
bagaimana mereka bisa mencapai cita citanya. Dalam konteks Pendidikan, pemuda
negeri ini selalu diberikan harapan dengan berbagai macam program pemerintah
yang di kuncurkan demi anak-anak bangsa, namun semua itu tidak tersampaikan
atau tidak langsung di rasakan oleh pemuda-pemudan yang berhak menerima program di karenakan ada segelintir orang
yang senang menari di atas program tersebut untuk menyelamatkan sanak keluarga,
bahkan ada oknum yang mencoba memanfaatkan program tersebut demi kepentingan
pribadi. Contoh yang bisa saya ambil adalah program bidik misi yang sejak tahun
2005 di luncurkan oleh presiden ke enam Republik Indonesia (bapak susilo
bambang yudhoyono) melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan di bawah
pimpinan bapak bambang sudibyo. Bidik misi yang notabennya di khususkan untuk
masyarakat kecil atau masyarakat yang pendapatannya dibawah angka garis
rata-rata yang memiliki prestasi akademik dan non akademik ini melenceng dari
target pemerintah pusat. Banyaknya generasi bangsa yang berprestasi harus putus
di tengah jalan dan yang menikmati program tersebut yang bisa dihitung mampu
dan bisa ini terjadi hingga ke program-program sosial lainnnya di tataran desa.
Mahasiswa merupakan
masyarakat terpelajar yang berada di
tingkatan teratas pada rana pendidikan, mahasiswa lebih dikenal dengan agen of
countrol, agen of cencs, agen of social. Sejak dahulu banyak orang menaruh
harapan kepada seluruh mahasiswa yang sedang menimbah ilmu di perguruan
tinggi. baik itu perguruan tinggi
swasta, negeri, maupun sekolah tinggi karena mereka tau masa depan bangsa dan negara berada di tangan-tangan
orang terpelajar, peduli, dan lain sebagainya. “Bukan berarti menyampingkan anak bangsa yang
bukan mahasiswa” pada notabennya merekalah yang setiap malam duduk
bersama sambil ditemani secangkir kopi di sebuah tempat membicarakan bagaimana
masa depan bangsa dan negara ini kedepannya. Hari ini Mahasiswa di tuntut untuk
mempercepat menyelesaikan studi dengan selambat-lambatnya tujuh tahun masa
pendidikan, akan tetapi ketika selesai nanti mereka hanyalah menjadi
pengangguran saja maka yang pastinya anggka pengangguran semakin tinggi.
ketidak pastian lapangan pekerjaan dan minimnya lapangan pekerjaan yang di
sediakan oleh pemerintah membuat mereka terpangsa harus menjadi seorang
pengangguran. Hal inilah yang membuat saya tertarik dalam mengkaji kata
fundamental ini yaitu “MAHASISWA” , dengan adanya keterbatasan lapangan
pekerjaan yang di berikan atau di sediakan oleh pemerintah semestinya mahasiswa
segera bertindak tegas serta lebih berpikir cermat, sebab hari ini dan
kedepannya pasti akan lebih melambung tinggi angka pengangguran. Apalagi di
zaman sekarang ijasah Sekolah Menengah Atas (SMA) seakan tidak berguna lagi,
sebab semua lapangan pekerjaan yang di sediakan untuk mereka lebih minim lagi.
Salah satu harapan generasi bangsa yang dimana mereka hanya sampai duduk di
bangsu Sekolah Menengah Atas (SMA) di karenakan keterbatasan ekonomi untuk
melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi, kita selaku lulusan perguruan tinggi
semestinya kita yang sudah memiliki ilmu dan pengalaman yang mumpuni bisa
memberikan solusi untuk mereka yang
sedang pengangguran. Mahasiswa harus memutar akal, pikiran, serta cara
yang produktif demi membantu pemerintah
menanggulangi angka pengangguran semakin tinggi tersebut, mahasiswa yang
dulunya ketika lulus atau setelah diwisuda memikirkan dimana dia harus “mencari
pekerjaan” menjadi dimana dia harus “membuka lapangan pekerjaan” untuk mereka
yang sedang pengangguran, dengan cara
ini kita sama-sama bisa menuntaskan angka pengangguran serta menurunkan angka
kemiskinan di negeri ini.
Memang tidak mudah untuk membuka sebuah usaha yang menjadi ladang pekerjaan
bagi mereka yang memerlukan pekerjaan, ada beberapa hal yang harus kita
persiapkan yakni modal yang cukup, lahan untuk dijadikan tempat usaha, serta
pemahaman tata kelolah administrasi dalam berusaha. Namun saat ini pemerintah
memiliki berbagai upaya menangani hal-hal yang berurusan tentang usaha, saat ini negara memiliki Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Melalui lembaga ini kita bisa mengajukan
permodalan untuk usaha melalui UMKM relatif, Ditambah lagi soal pengurusan
surat izin usaha sekarang ini kian di
permudah oleh pemerintah. Mengingat tingginya biaya pendidikan juga menjadi
salah satu faktor untuk mempercepat kesuksesan tanpa menunggu lapangan
pekerjaan dari pemerintah, akan tetapi kita yang nantinya menjadi penyedia
lapangan pekerjaan bagi mereka yang pengangguran jangan sekali-kali melupakan
pemerintah bila mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kontra terhadap masyarakat,
merugikan masyarakat apalagi jika hak masyarakat di rampas maka kita satukan
gerakan, rapatkan barisan demi menyuarakan ketidak adilan yang terjadi.
Harapan saya sebagai penulis kepada seluruh mahasiswa yang membaca tulisan
ini nantinya akan mengemban gelar sarjana agar kiranya bisa memberikan ruang
kepada mereka untuk bekerja serta para generasi yang nantinya membuka lapangan
pekerjaan agar kiranya lebih mengutamakan liveskil dan softskill.
Penulis Merupakan Mahasiswa S1 Ppkn, fakultas ilmu sosial,
Universitas Negeri Gorontalo, Aktivis Botumoito, dan Anak desa berkarya.