COVID_19:
Pasar Terbuka Lebar,
Tempat Ibadah Tertutup Rapat!
Perang
melawan corona tidaklah mudah
di menangkan karena yang kita hadapi saat ini melawan
yang tidak kelihatan wujudnya, saat ini dibutuhkan
kerja kolektif yang tidak stengah-stengah serta kewaspadaan
tingkat tinggi yang menjadikan kelelahan.
apalagi kedisiplinan warga negara jelasyang di butuhkan sekarang, inisiatif
kita untuk saling
menjaga dan kita sendiri yang menentukanya. Tetapi
negaralah yang memiliki kapasitas paling maksimal hanya saja pemerintah
yang bisa menggerakan dengan optimal.
Situasipademi
(Covid-19) inilah menjadi batu ujian bagi kepala negara serta uji nyali setiap
warga negara. Saat ini berbagai upaya
pemerintah dilakukan demi memutuskan mata rantai
penyebaran corona virus di negeri ini, bermacam-macam kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat, kepolisian, hingga pemerintah daerah. Namun di tengah-tengah
situasi pademi sekarang ini pemerintah malah pandai bercanda dan sering
menyembunyikan fakta-fakta yang ada.
China,
jepang, singapura, selandia baru, dan australia adalah negara-negara melaporkan
temuan wabah corona berkaitan dengan
indonesia sebelum indonesia merilis kasus pertama.
Kebijakan
yang dikeluarkan pertama kali di layangkan oleh peresiden RI yang disiarkan di salah
satu media tv nasional yang mana jokowi memberikan kelonggaran atau treleksasi
penundaan cicilan selama satu tahun serta penurunan bunga bagi kredit motor,
kredit kapal bagi nelayan, pelaku UMKM, serta taksi online dan lain sebagainya
yang berpenghasilan harian, namun kebijakan tersebut harus terbelit-belit
karena mempertimbangkan perekonomian negara, upaya lain yang dilakukan
pemerintah pusat adalah berbagai bantuan sosial (BANSOS) baik itu menggunakan
anggaran negara maupun pengambilan sebagian anggaran dana desa demi
menanggulangi pademi tersebut.
Di
indonesia sudah beberapa daerah yang termasuk dalam pembatasan sosial berskala
besar (PSBB), yang artinya aktivitas masyarakat di pangkas dari-sampai waktu
tertentu. Yang di sayangkan kebijakan yang
di keluarkan oleh pemerintah sering kali tumpang tindih dan dapat meresahkan
masyarakat. Baru-baru ini berbagai macam kalangan berbincang-bincang tentang
segala aktivitas di dalam rumah atau di kenal dengan stay at
home, namun fakta di lapangan sampai hari ini aktivitas di pasar-pasar masih
berlangsung tanpa ada rasa canggung dari penjual dan pembeli dalam kegiatan
tersebut. ironisnya dalam kasus ini, pengunjung bukan hanya dari kalangan
masyarakat biasa saja melainkan ada aparat pemerintahan di mulai dari pegawai
pemerintah daerah hingga samapai pemerintah desa. Lebih mengherankan lagi dalam
aktivitas tersebut para pemangku kebijakan hadir di tengah-tengah masyarakat
yang di dampingi oleh petugas khusus. Tidak bisa kita hindari saat ini
kebutuhan bahan pokok yang sangat di butuhkan menjadi alasan atau pilar utama
pemerintah tidak melakukan penutupan pasra-pasar di negeri ini, baik itu pasar
tradisional maupun modern. Apalagi dalam situasi ramadhan kali ini semua
masyarakan umat muslim sangat membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, secara
logika seluruh bahan pokok yang di gunakan sehari-hari tersedia di
warung-warung kecil yang berjualan sesuai kebutuhan. Baik itu rempah-rempah,
dan lain sebagainya.
Hal
yang menyedihkan maklumat yang di keluarkan oleh pemerintah saat ini bagi
kalangan umat muslim adalah penutupan masjid-masjid di berbagai wilayah
dilakukan, padahal saat ini dalam suasana bulan suci ramadhan. Segala aktivitas
yang di lakukan masyarakat berada di rumah (stay at Home)
mulai dari sholat tarawih, buka bersama serta kegiatan keagamaan lainnya.
Secara logika di tengah wabah corona virus (COVID-19) seharus nya seluruh
masyarakat berbondong-bondong ke mesjid demi memohon doa agar musibah ini lekas
berakhir, apalagi dalam situasi ramadhan saat ini
dimana bulan yang penuh keberkahan dan memohon ampunan kepada sang maha kuasa. Namun fakta di lapangan
seluruh masjid tertutup rapat dengan tampilan berbeda di karenakan di depan
terpampang himbauan dari pemerintah pusat. Sangat di sayangkan lagi masyarakat
yang dulunya merindukan moment ramadhan serta sholat tarawih dan buka bersama
pupus sudah dan membuat banyak masyarakat bertanya ada apa dengan negeri
ini?. Hari ini penulis sangat menyayangkan bagi
masyarakat pelosok yang harus berdiri di ruang kebingungan di saat bulan suci
ramadhan, mereka yang biasanya melakukan peribadatan di masjid-masjid harus
putar arus di dalam rumah apalagi menerka yang sedang di terpa ilmu pengetahuan
tidak memadai.
Paradigma tentang covid-19 ini yang mana
membingungkan semua kalangan dan membuat kepanikan seluruh elemen adalah
merupakan teguran dari sang maha kuasa, di
tahun ini telah terjadi pembersihan umat di muka bumi ini. Maklumat pemerintah
keluarkan hanyalah menjadi skenario pemerintahan saja, bahan amukan medis yang
di pandang entengkan oleh sebagian kalangan, serta batu ujian bagi setiap para
pemangku kebijakan.
“Meretas
fakta dunia yang di perlihatkan sang maha kuasa”
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum
Kemasyarakatas, Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo.
#Aktivis
muda Botumoito
#Aktivis
FKMM
#Anak
desa Berkarya