COVID_19: Pasar Terbuka Lebar Tempat Ibadah Tertutup Rapat!

Iklan Semua Halaman

Iklan

COVID_19: Pasar Terbuka Lebar Tempat Ibadah Tertutup Rapat!

FKMM Gorontalo
Kamis, 30 April 2020

COVID_19: Pasar Terbuka Lebar, Tempat Ibadah Tertutup Rapat!




Perang melawan corona tidaklah mudah di menangkan karena yang kita hadapi saat ini melawan yang tidak kelihatan wujudnya, saat ini dibutuhkan kerja kolektif yang tidak stengah-stengah serta kewaspadaan tingkat tinggi yang menjadikan kelelahan. apalagi kedisiplinan warga negara jelasyang di butuhkan sekarang, inisiatif kita  untuk saling menjaga dan kita sendiri yang menentukanya. Tetapi negaralah yang memiliki kapasitas paling maksimal hanya saja pemerintah yang bisa menggerakan dengan optimal.

Situasipademi (Covid-19) inilah menjadi batu ujian bagi kepala negara serta uji nyali setiap warga negara. Saat ini  berbagai upaya pemerintah dilakukan demi memutuskan mata rantai penyebaran corona virus di negeri ini, bermacam-macam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat, kepolisian, hingga  pemerintah daerah. Namun di tengah-tengah situasi pademi sekarang ini pemerintah malah pandai bercanda dan sering menyembunyikan fakta-fakta yang ada.

China, jepang, singapura, selandia baru, dan australia adalah negara-negara melaporkan temuan  wabah corona berkaitan dengan indonesia sebelum indonesia merilis kasus pertama.

Kebijakan yang dikeluarkan pertama kali di layangkan oleh peresiden RI yang disiarkan di salah satu media tv nasional yang mana jokowi memberikan kelonggaran atau treleksasi penundaan cicilan selama satu tahun serta penurunan bunga bagi kredit motor, kredit kapal bagi nelayan, pelaku UMKM, serta taksi online dan lain sebagainya yang berpenghasilan harian, namun kebijakan tersebut harus terbelit-belit karena mempertimbangkan perekonomian negara, upaya lain yang dilakukan pemerintah pusat adalah berbagai bantuan sosial (BANSOS) baik itu menggunakan anggaran negara maupun pengambilan sebagian anggaran dana desa demi menanggulangi pademi tersebut.

Di indonesia sudah beberapa daerah yang termasuk dalam pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yang artinya aktivitas masyarakat di pangkas dari-sampai waktu tertentu. Yang di sayangkan  kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah sering kali tumpang tindih dan dapat meresahkan masyarakat. Baru-baru ini berbagai macam kalangan berbincang-bincang tentang segala aktivitas di dalam rumah atau di kenal dengan stay at home, namun fakta di lapangan sampai hari ini aktivitas di pasar-pasar masih berlangsung tanpa ada rasa canggung dari penjual dan pembeli dalam kegiatan tersebut. ironisnya dalam kasus ini, pengunjung bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa saja melainkan ada aparat pemerintahan di mulai dari pegawai pemerintah daerah hingga samapai pemerintah desa. Lebih mengherankan lagi dalam aktivitas tersebut para pemangku kebijakan hadir di tengah-tengah masyarakat yang di dampingi oleh petugas khusus. Tidak bisa kita hindari saat ini kebutuhan bahan pokok yang sangat di butuhkan menjadi alasan atau pilar utama pemerintah tidak melakukan penutupan pasra-pasar di negeri ini, baik itu pasar tradisional maupun modern. Apalagi dalam situasi ramadhan kali ini semua masyarakan umat muslim sangat membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, secara logika seluruh bahan pokok yang di gunakan sehari-hari tersedia di warung-warung kecil yang berjualan sesuai kebutuhan. Baik itu rempah-rempah, dan lain sebagainya.

Hal yang menyedihkan maklumat yang di keluarkan oleh pemerintah saat ini bagi kalangan umat muslim adalah penutupan masjid-masjid di berbagai wilayah dilakukan, padahal saat ini dalam suasana bulan suci ramadhan. Segala aktivitas yang di lakukan masyarakat berada di rumah (stay at Home) mulai dari sholat tarawih, buka bersama serta kegiatan keagamaan lainnya. Secara logika di tengah wabah corona virus (COVID-19) seharus nya seluruh masyarakat berbondong-bondong ke mesjid demi memohon doa agar musibah ini lekas berakhir, apalagi dalam situasi ramadhan saat ini dimana bulan yang penuh keberkahan dan memohon ampunan kepada  sang maha kuasa. Namun fakta di lapangan seluruh masjid tertutup rapat dengan tampilan berbeda di karenakan di depan terpampang himbauan dari pemerintah pusat. Sangat di sayangkan lagi masyarakat yang dulunya merindukan moment ramadhan serta sholat tarawih dan buka bersama pupus sudah dan membuat banyak masyarakat bertanya ada apa dengan negeri ini?. Hari ini penulis sangat menyayangkan bagi masyarakat pelosok yang harus berdiri di ruang kebingungan di saat bulan suci ramadhan, mereka yang biasanya melakukan peribadatan di masjid-masjid harus putar arus di dalam rumah apalagi menerka yang sedang di terpa ilmu pengetahuan tidak memadai.

Paradigma tentang covid-19 ini yang mana membingungkan semua kalangan dan membuat kepanikan seluruh elemen adalah merupakan teguran dari sang maha kuasa, di tahun ini telah terjadi pembersihan umat di muka bumi ini. Maklumat pemerintah keluarkan hanyalah menjadi skenario pemerintahan saja, bahan amukan medis yang di pandang entengkan oleh sebagian kalangan, serta batu ujian bagi setiap para pemangku kebijakan.
“Meretas fakta dunia yang di perlihatkan sang maha kuasa”






Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatas, Fakultas Ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo.
#Aktivis muda Botumoito
#Aktivis FKMM
#Anak desa Berkarya