Pada Akhir tahun 2019 lalu. atau ketika akan menyongosong pergantian tahun 2020. dunia tengah digegerkan oleh sebuah virus yang muncul dari sebuah pasar tepatnya di Kota wuhan, China. Virus ini berdasarkan data intelijen adalah sebuah Konspirasi yang dilakukan oleh China dan WHO kemudian oleh pemerintah atau otoritas setempat melakukan Manipulasi data dimulai sejak awal atau DAY 1 bulan januari akibatnya dari ketidak jujuran data ini sehingga seluruh dunia terkecoh yang menjadikan banyak negara tidak "COME UP" dengan kebijakan yang benar dalam menangani Corona. China di bulan januari dengan "BOSS WHO" telah melakukan False Information Keseluruh dunia dengan mengatakan bahwa Corona atau Covid-19 hanya menyebar melalui Animal To Human (Dari Hewan Ke Manusia) dan tidak bisa Human To Human (Dari Manusia Ke Manusia) inilah yang menjadikan negara tidak "AWARE" mematikannya dan kecepatan penyebarannya virus Corona ini. saat ini komunitas internasional marah dengan china kemungkinan akan melakukan Tuntutan internasional serta Sanksi Bagi China! China bermain mata dengan siapa ? Tentunya dengan BOSS WHO yakni "DR. TEDROS GHEBREYESUS" yang menutupi fakta sebenarnya akan fatalitas Corona tahap awal ini dikatakan bahwa Tidak terlalu mematikan Corona itu! Faktanya dibulan januari sebelum Lockdown China membeli 250 Juta APD (Alat Pelindung Diri) diseluruh dunia sebagai tindakan balasan atas tindakan Amerika tersebut Boss WHO Bocorkan ke china sehingga china bisa Pukul balik dengan mengunci peralatan medis yang dikemudian hari yaitu Sekarang China buat "Uang Besar" Sekaligus membalas 250 Juta APD itu, dan itu adalah separuh kebutuhan APD dunia saat ini! Termasuk APD Indonesia dibeli oleh china kala itu. Ternyata begitu dunia kena dunia teesadar karena dikatakan tidak mematikan ternyata sebetulnya mematikan!!! Sehingga dalam "FALSE INFORMATION" yang jadi acuan banyak negara yang melonggarkan Pertahanan Pandemicnya termasuk Indonesia!!! Ternyata begitu menyadari laporan dari berbagai negara selain negara maju yanh sistem kesehatannya baik tingkat kematiannya 4%-AN Apalagi negara yang sistem kesehatannya tidak baik seperti Indonesia tingkat kematiannya bisa mencapai 9% dunia semua Panik! Termasuk indonesia yang agak telat sadar dan baru "NGEH" Bahwa ternyata Corona 9% tingkat kematiannya di indonesia. Akhirnya dunia pun membeli Balik APD tersebut dari China dengan harga 10 Kali lebih mahal! Nggak heran APD dari china buatan indonesia kan? Yang kaya kemarin itu cetus Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) sambil melihat datanya. Indonesia pun akhirnya jadi korban "KONG KALING KONG" WHO dengan CHINA!
Itu baru sebagai pengantar saja dan kita lanjut ke topik pembahasan yakni Apakah Negara & Pemerintah mempunyai kemampuan untuk "HADIR" dan menjamin Keberlangsungan Hajat Hidup Orang banyak ditengah kondisi Pandemi Covid-19 ??
Indonesia sekarang ini tengah dilanda oleh Wabah Virus Covid-19 (Corona Virus Disease-2019) nah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini maka sebagian daerah di indonesia yang masuk dalam Zona merah harus melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) substansinya jelaa ialah tidak lain dan tidak bukan untuk menekan laju penyebaran Virus corona sekaligus Mata Rantainya. Nah akibat dari diterapkannya PSBB aktivitas masyarakat dibatasi entah dalam hal kegiatan berpergian, Sholat dimasjid di relokasi ke rumah dan kemudian para pedagang yang banyak kehilangan pekerjaan mereka akibat adanya Virus Corona yang melanda Indonesia dan Akibat diterapkannya PSBB tapi kalau melihat dari sisi positifnya juga sangat baik dimana tujuan daripada diterapkannya PSBB ini adalah memutus rantai penyebaran Virus Corona dan Walaupun disisi negatifnya ada pihak-pihak yang harus menjadi korban akibat dari diterapkannya Kebijakan PSBB ini.
Nah perihal mengenai PSBB itu sendiri, PSBB itu tidak akan berjalan dengan baik jikalau tidak ada kerja sama dari seluruh elemen lapisan masyarakat! Oleh karena dibutuhkan simbiosis mutualisme atau sinergitas antara Pemerintah dan Masyarakat jangan sampai pemerintan hanya ingin kebijakannya harus ditaati akan tetapi tidak ada sumbangsih balik yang diberikan oleh Pemerintah kepada Masyarakatnya.
Dan jangan lupa juga bahwa salah satu keberhasilan PSBB itu salah satunya ditentukan oleh mereka yang melakukan Lockdown Swasta jadi kita tidak boleh membenturkan antara terminologi isolasi Locdown dan PSBB. Perlu diketahui juga bahwa pemerintah tidak mampu melakukan lockdown bukan karena masyarakatnya yang tidak mau, akan tetapi karena pemerintahannya yang tidak mampu!
Coba kalau pemerintahannya mampu dan menjamin semua orang bisa makan 3 Kali Sehari! Ya jelas orang dengan suka rela akan berdiam diri dirumah dan melakukan karantina mandiri. Pemerintah tidak mau melakukan hal yang agak radikal karena dia menghitung dampak sosial ekonominya jadi bukan Kadang kala masyarakat yang pekerjaannnya sebagai Pedangang di Pasar Mingguan dibenturkan dengan kebijakan bahwa tidak boleh berjualan disaat diterapkannya PSBB kalau soal peraturan rakyat mau mengikuti anjuran pemerintah dirumah saja tetapi yang menjadi pertanyaannya apakah Pemerintah atau Negara bisa hadir tidak dalam memberikan Makan warga negaranya dalam 3 Kali Sehari? Kalau negara menjami akan hal itu maka rakyat semua akan patuh akan tetapi jikalau hanya aturan pemerintah yang ingin ditaati kemudian tidak ada timbal balik daripada pemerintah memberikan Bahan Pangan atau berupa BANSOS kepada masyarakat mungkin masyarakat akan tetap berpegang teguh pada pendirian mereka yakni mereka akan tetap berjualan untuk menghidupi keluarga mereka apabila tidak ada kontribusinya yang nyata oleh pemerintah apalagi dalam Persoalan BANSOS yang kadang kala hanya segelintir orang yang bisa mendapatkan Bantuan Sosial tersebut dan kadang kala juga pendistribusiannya sering kali salah sasaran nah ini yang menjadi Problematika di lingkungan Kehidupan bermasyarakat nah hal-hal yang seperti iti yang tidak di inginkan oleh masyarakat dan seringkali masyarakat Kecewa.
Pada Intinya : Apabila pemerintah ingin ditaati, Maka Tolonglah dengarkan Aspirasi Kalau ingin masyarakat dirumah aja, Tolonglah berikan makanan yang bergizi sempurna. Karena pemerintah bukan dewa yang selalu benar dan rakyat bukan kerbau yang harus serba menurut. Kalau ingin menerapkan kebijakan perhitungkan kekurangan dan kelebihan dan usahakan jangan sampai ada yang dikorbankan akibat daripada suatu kebijakan yang diterapkan dan ingat salah satu daripada Tujuan Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan umum.
Penulis : Gean Rezka Rizaldy Bagit. Kader (FKMM)