Lebaran dan Keresahan
Oleh :
Achmad Husein Hasni
Dunia
pada minggu terakhir di bulan april mulai memasuki bulan yang sangat dinantikan
oleh umat islam yang berada di seluruh pelosok negeri. Bulan ini disebut dan
dimaknai sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan karena di bulan ini
terdapat berbagai macam keutamaan yang ada di dalamnya sehingga bagi umat islam
sendiri moment ini menjadi sarana untuk
meningkatkan spirit religitas-nya, bulan ini disebut sebagai bulan Ramadhan.
Sayangnya di bulan ini masyarakat dunia diperhadapkan oleh bencana non alam
berupa pandemic virus yang menggerogoti seluruh aspek kehidupan yang ada. Tak terkecuali dengan aktivitas keagamaan dan
sosial budaya atau tradisi yang biasa dilakukan pada saat bulan ramadhan.
Di
Indonesia, beberapa daerah menerapkan
peraturan pembatasan sosoial berskala besar atau akrab disebut PSBB, kebanyakan
masyarakat sangat mengkritisi keefektifan PSBB ini yang mulai diterapkan oleh
pemerintah pada sekitar awal bulan april yang pertama kali diterapkan oleh
pemerintah provinsi DKI Jakarta. Himbauan dan sosialisasi terus dijalankan oleh
pemerintah akan pentingnya social dan physical distancing, menjaga kebersihan
diri masing-masing, memakai masker dan
tidak mudik untuk dapat memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini. Tetapi
beberapa bahkan kebanyakan dari masyarakat kita yaitu Indonesia tetap saja
tidak menghiraukan himbauan yang telah dikelurkan oleh pemerintah tersebut.
Terlebih pada bulan ramadhan dan memasuki hari raya umat islam yaitu idul
fitri, sepertinya semi lockdown atau pembatasan sosial berskala besar ini
tampaknya tidak terlalu efektif dalam menanggulangi penyebaran virus corona
karena ketidakjelasan dan kurangnya distribusi bantuan langsung dari pemerintah
kepada rakyat, agar supaya bisa menekan angka masyarakat yang melakukan
aktifitas di luar rumah dan terlebih aktifitas perekonomian yang terjadi.
Bertepatan
dengan bulan ramadhan dan hari raya idul fitri, tentu ada beberapa budaya atau
kebiasaan masyarakat yang selalu menjadi tradisi atau sesuatu yang mesti
dilaksanakan setiap masuk bulan ramadhan dan hari raya idul fitri. Mulai dari
kegiatan peribadatan, kegiatan perekonomian, kegiatan sosial dan lain
sebagainya yang selalu menjadi hal wajib dalam menyemarakkan bulan ramadhan dan
hari raya idul fitri.
Kita
tahu bersama selama pandemic ini berlangsung, pemerintah beserta majelis ulama
Indonesia atau MUI melakukan himbauan kepada masyarakat untuk melaksanakan
aktifitas ibadah di rumah. Hal ini dilakakukan sekali lagi untuk menekan angka
penyebaran virus corona yang sangat cepat. Tetapi beberapa masyarakat
sepertinya ada yang belum mengindahkan dan mentaati himbauan yang dikeluarkan
ini. Kita tahu bersama bahwa aktifitas ibadah di bulan ramadhan menjadi sesuatu
yang begitu sakral dan semarak unutk dilaksanakan, terutama di masjid-masjid,
kegiatan seperti salat tarawih secara berjamaah dan tadarus Al-Quran
bersama-sama menjadi sesuatu yang sering dilakukan oleh masyarakat setiap bulan
ramadhan. Akan tetapi dengan adanya pandemic ini, masyrakat seperti kebingungan
dan tidak tahu harus bagaimana dalam menjalankan ibadah karena apa yang terjadi
saat ini tidak seperti biasanya pada tahun-tahun sebelumnya. Beberapa
masyarakat ada yang memilih untuk tetap beribadah atau sholat tarawih dan
tadarus Al-Quran di masjid karena antusisme mereka dalam menghadapi momentum bulan yang suci ini, ada
juga yang tetap melaksanakannya di masjid karena kekurangan pengetahuan dan
kemampuan dalam melaksanakan sholat tarwih atau bagi laki-laki masih banyak
diantaranya belum mampu dan belum siap
untuk menjadi imam shalat bagi keluarga mereka di rumah karena minimnya
pengetahuan seperti yang penulis sebutkan sebelumnya. Hal tersebut senada
dengan perayaan shalat hari raya idul fitri, pemerintah bersama MUI juga telah
melakukan himbaun untuk melaksanakan shalat idul fitri di rumah, tetapi banyak
masyarakat yang masih saja melaksanakan shalat idul fitri di masjid atau di
tempat terbuka seperti lapangan, jalanan dan lain sebagainya untuk merayakan
lebaran yang menjadi momentum setahun sekali. Bagi sebagian masyarakat bahkan
ada yang menumpang sholat idul fitri di rumah-rumah warga yang mereka ketahui
memiliki pengetahuan agama yang memadai di lingkungan tempat tinggal mereka.
Tak ayal hal ini tetap saja menjadi fenomena yang meresahkan dan mengkhawatirkan pemerintah maupun warga masyarakat
yang lainnya karena meskipun melaksanakan sholat di rumah akan tetapi kerumunan dan perkumpulan orang
tetap terjadi di tempat tersebut yang juga berpeluang terjadinya penyebaran
virus corona. Hal ini tentu tidak dapat dihindari karena masyrakat tidak
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk bisa melaksanakan aktifitas
ibadah di hari raya idul fitri, serta antusiasme dan spirit religitas di bulan
ramadhan dan hari raya idul fitri yang tinggi juga menjadi faktor dalam
aktifitas ibadah masyarakat yang bisa mendatangkan kerumunan di tengan
pembatasan sosial berskala besar seperti saat ini.
Berikutnya
aktifitas perekonomian di bulan ramadhan
dan hari raya idul fitri. Seperti biasanya momentum bulan suci ramadhan apalagi
mendekati lebaran menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh para masyrakat
utamanya para pedagang atau UMKM dalam
menjalankan usahanya. Hal ini terjadi karena moment lebaran menjadi sesuatu yang identik dengan
barang-barang baru bagi masyarakat, begitu juga pada saat bulan ramadhan,
kumpulan pedagang kue atau takjil sangat marak di pinggir jalan yang diakibatkan
oleh daya konsumtif masyrakat yang begitu tinggi pada saat berbuka puasa
terlebih dengan kebiasaan buka bersama yang sering dilakukan oleh masyarakat
yang tentu akan mendatangkan keuntungan yang besar bagi para pelaku usaha yang
memanfaatkan moment ramadhan, begitupun dengan mall, toko-toko pakaian dan
peralatan rumah tangga lainnya serta tempat yang menjual berbagai macam
keperluan seseorang. Di masa PSBB yang terjadi seperti sekarang ini tentu menimbulkan
keresahan bagi masyarakat utamanya pedagang UMKM seperti yang penulis sebutkan
di atas, mereka yang biasa meraup keuntungan besar di moment ramadhan terutama
memasuki hari raya idul fitri, kali ini harus sedikit bersabar dengan hasil yang
kecil tidak seperti tahun-tahun
sebelumnya. Kenapa demikian? hal ini
disebabkan karena peraturan pemerintah yang membatasi aktifitas masyarakat di
luar rumah dengan model PSBB, ini yang
menyebabkan ditutupnya toko-toko atau tempat jualan mereka yang tentu jika
dibiarkan akan berpotensi memperbanyak jumlah penyebaran covid-19 di masyarakat.
Uniknya beberapa toko-toko harus mengelabui petugas atau aparat agar supaya
mereka tetap mendapatkan keuntungan dari hasil jualan mereka di tengah PSBB,
seperti menutup pintu depan atau pintu utama toko dan membuka pintu darurat, mematikan lampu dan
menutup depan toko dengan terpal dengan tujuan untuk mengelabui aparat hal ini
dilakukan agar supaya mereka masih tetap menjalankan aktifitas perekonomian di
tengah PSBB.
PSBB
juga sangat meresahakan masyarakat pada
aspek aktifitas sosial masyarakat, terlebih pada momentum lebaran tahun ini. Situasi ini
terjadi karena kebiasaan masyarakat Indonesia mendekati lebaran yaitu mudik
atau pulang kampung yang biasa dilakukan pada akhir bulan ramadhan. Sayangnya
tahun ini beberapa masyarakat Indonesia tidak bisa melakukan perjalanan pulang
kampung karena PSBB yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menghindari
tersebarnya virus covid-19 ini. Situasi ini tentu menyulitkan bagi sebagian
masyarakat perantauan yang hidup jauh dari sanak family mereka. Beberapa di
antara mereka memilih memaksakan diri untuk mudik atau pulang kampung dengan
cara yang berbeda-beda untuk tetap bisa merayakan moment lebaran bersama
keluarga di kampung halaman. Kita dapat menjumpai hal tersebut di beberapa
berita mainstream seperti televisi dan koran dimana masyarakat harus rela
menumpang di mobil angkutan barang dan bersembunyi di balik barang yang
diangkut oleh mobil-mobil tersebut untuk dapat mengelabui petugas agar bisa
pulang ke kampung halaman mereka, ada juga yang harus berjalan kaki ratusan
kilometer untuk dapat pulang ke kampung halamannya dikarenakan pembatasan akses
kenderaan oleh petugas pada saat melewati perbatasan daerah. Hal-hal demikian
harus dilakukan oleh mereka agar tetap bisa merayakan moment lebaran bersama
keluarga mereka. Dengan adanya PSBB ini juga menjadikan trend silaturahmi
virtual atau online dikalangan masyarakat menjadi begitu marak. Tentu dengan
memanfaatkan teknologi yang ada, masyarakat
tetap bisa mengobati kerinduan mereka dengan suadara atau kerabat walau hanya
sekedar telfon dan video call meski tidak sebegitu hangat dan meriah
sebagaimana biasa berkumpul dan bercengkerama secara langsung.
Pada
akhirnya kita selalu berdoa dan berharap agar pandemic ini cepat berakhir.
Sepatutnya kita semua harus saling berupaya dan bersinergi unutk bisa melawan
dan mengakhiri virus ini dengan kesadaran kolektif. Banyak para petugas
kesehatan dan keamanan yang juga tidak sempat merasakan keindahan moment
lebaran bersama orang-orang yang mereka cintai. Begitupun dengan pemerintah,
sepatutnya dengan otoritas yang dimilki mereka bisa atau mampu menciptakan
kebijakan yang tegas, efektif dan efisien untuk dapat menghadapi pandemic virus
corona ini. Semoga kesabaran atas keresahan semua orang dari situasi ini dapat
berbuah manis pada suatu hari nanti dan semoga ini menjadi pembelajaran kita semua
untuk senantiasa tidak egois dengan apa yang kita punya. Semoga Bermanfaat
Penulis adalah
Mahasiswa Prodi PPKn FIS UNG, Aktivis Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim
Gorontalo.