Lebaran dan Keresahan

Iklan Semua Halaman

Iklan

Lebaran dan Keresahan

FKMM Gorontalo
Senin, 25 Mei 2020

Lebaran dan Keresahan
Oleh :
Achmad Husein Hasni
Dunia pada minggu terakhir di bulan april mulai memasuki bulan yang sangat dinantikan oleh umat islam yang berada di seluruh pelosok negeri. Bulan ini disebut dan dimaknai sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan karena di bulan ini terdapat berbagai macam keutamaan yang ada di dalamnya sehingga bagi umat islam sendiri moment ini  menjadi sarana untuk meningkatkan spirit religitas-nya, bulan ini disebut sebagai bulan Ramadhan. Sayangnya di bulan ini masyarakat dunia diperhadapkan oleh bencana non alam berupa pandemic virus yang menggerogoti seluruh aspek kehidupan yang ada. Tak  terkecuali dengan aktivitas keagamaan dan sosial budaya atau tradisi yang biasa dilakukan pada saat bulan ramadhan.
Di Indonesia, beberapa daerah  menerapkan peraturan pembatasan sosoial berskala besar atau akrab disebut PSBB, kebanyakan masyarakat sangat mengkritisi keefektifan PSBB ini yang mulai diterapkan oleh pemerintah pada sekitar awal bulan april yang pertama kali diterapkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Himbauan dan sosialisasi terus dijalankan oleh pemerintah akan pentingnya social dan physical distancing, menjaga kebersihan diri masing-masing, memakai masker dan  tidak mudik untuk  dapat memutus  mata rantai penyebaran covid-19 ini. Tetapi beberapa bahkan kebanyakan dari  masyarakat kita yaitu Indonesia tetap saja tidak menghiraukan himbauan yang telah dikelurkan oleh pemerintah tersebut. Terlebih pada bulan ramadhan dan memasuki hari raya umat islam yaitu idul fitri, sepertinya semi lockdown atau pembatasan sosial berskala besar ini tampaknya tidak terlalu efektif dalam menanggulangi penyebaran virus corona karena ketidakjelasan dan kurangnya distribusi bantuan langsung dari pemerintah kepada rakyat, agar supaya bisa menekan angka masyarakat yang melakukan aktifitas di luar rumah dan terlebih aktifitas perekonomian yang terjadi.
Bertepatan dengan bulan ramadhan dan hari raya idul fitri, tentu ada beberapa budaya atau kebiasaan masyarakat yang selalu menjadi tradisi atau sesuatu yang mesti dilaksanakan setiap masuk bulan ramadhan dan hari raya idul fitri. Mulai dari kegiatan peribadatan, kegiatan perekonomian, kegiatan sosial dan lain sebagainya yang selalu menjadi hal wajib dalam menyemarakkan bulan ramadhan dan hari raya idul fitri.
Kita tahu bersama selama pandemic ini berlangsung, pemerintah beserta majelis ulama Indonesia atau MUI melakukan himbauan kepada masyarakat untuk melaksanakan aktifitas ibadah di rumah. Hal ini dilakakukan sekali lagi untuk menekan angka penyebaran virus corona yang sangat cepat. Tetapi beberapa masyarakat sepertinya ada yang belum mengindahkan dan mentaati himbauan yang dikeluarkan ini. Kita tahu bersama bahwa aktifitas ibadah di bulan ramadhan menjadi sesuatu yang begitu sakral dan semarak unutk dilaksanakan, terutama di masjid-masjid, kegiatan seperti salat tarawih secara berjamaah dan tadarus Al-Quran bersama-sama menjadi sesuatu yang sering dilakukan oleh masyarakat setiap bulan ramadhan. Akan tetapi dengan adanya pandemic ini, masyrakat seperti kebingungan dan tidak tahu harus bagaimana dalam menjalankan ibadah karena apa yang terjadi saat ini tidak seperti biasanya pada tahun-tahun sebelumnya. Beberapa masyarakat ada yang memilih untuk tetap beribadah atau sholat tarawih dan tadarus Al-Quran di masjid karena antusisme mereka dalam  menghadapi momentum bulan yang suci ini, ada juga yang tetap melaksanakannya di masjid karena kekurangan pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan sholat tarwih atau bagi laki-laki masih banyak diantaranya belum mampu dan belum  siap untuk menjadi imam shalat bagi keluarga mereka di rumah karena minimnya pengetahuan seperti yang penulis sebutkan sebelumnya. Hal tersebut senada dengan perayaan shalat hari raya idul fitri, pemerintah bersama MUI juga telah melakukan himbaun untuk melaksanakan shalat idul fitri di rumah, tetapi banyak masyarakat yang masih saja melaksanakan shalat idul fitri di masjid atau di tempat terbuka seperti lapangan, jalanan dan lain sebagainya untuk merayakan lebaran yang menjadi momentum setahun sekali. Bagi sebagian masyarakat bahkan ada yang menumpang sholat idul fitri di rumah-rumah warga yang mereka ketahui memiliki pengetahuan agama yang memadai di lingkungan tempat tinggal mereka. Tak ayal hal ini tetap saja menjadi fenomena yang meresahkan dan  mengkhawatirkan pemerintah maupun warga masyarakat yang lainnya karena meskipun melaksanakan sholat di rumah  akan tetapi kerumunan dan perkumpulan orang tetap terjadi di tempat tersebut yang juga berpeluang terjadinya penyebaran virus corona. Hal ini tentu tidak dapat dihindari karena masyrakat tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk bisa melaksanakan aktifitas ibadah di hari raya idul fitri, serta antusiasme dan spirit religitas di bulan ramadhan dan hari raya idul fitri yang tinggi juga menjadi faktor dalam aktifitas ibadah  masyarakat  yang bisa mendatangkan kerumunan di tengan pembatasan sosial berskala besar seperti saat ini.
Berikutnya aktifitas perekonomian di bulan  ramadhan dan hari raya idul fitri. Seperti biasanya momentum bulan suci ramadhan apalagi mendekati lebaran menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh para masyrakat utamanya para pedagang atau UMKM dalam  menjalankan usahanya. Hal ini terjadi karena moment lebaran  menjadi sesuatu yang identik dengan barang-barang baru bagi masyarakat, begitu juga pada saat bulan ramadhan, kumpulan pedagang kue atau takjil sangat marak di pinggir jalan yang diakibatkan oleh daya konsumtif masyrakat yang begitu tinggi pada saat berbuka puasa terlebih dengan kebiasaan buka bersama yang sering dilakukan oleh masyarakat yang tentu akan mendatangkan keuntungan yang besar bagi para pelaku usaha yang memanfaatkan moment ramadhan, begitupun dengan mall, toko-toko pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya serta tempat yang menjual berbagai macam keperluan seseorang. Di masa PSBB yang terjadi seperti sekarang ini tentu menimbulkan keresahan bagi masyarakat utamanya pedagang UMKM seperti yang penulis sebutkan di atas, mereka yang biasa meraup keuntungan besar di moment ramadhan terutama memasuki hari raya idul fitri, kali ini harus sedikit bersabar dengan  hasil yang  kecil  tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kenapa demikian?  hal ini disebabkan karena peraturan pemerintah yang membatasi aktifitas masyarakat di luar rumah dengan  model PSBB, ini yang menyebabkan ditutupnya toko-toko atau tempat jualan mereka yang tentu jika dibiarkan akan berpotensi memperbanyak jumlah penyebaran covid-19 di masyarakat. Uniknya beberapa toko-toko harus mengelabui petugas atau aparat agar supaya mereka tetap mendapatkan keuntungan dari hasil jualan mereka di tengah PSBB, seperti menutup pintu depan atau pintu utama toko dan  membuka pintu darurat, mematikan lampu dan menutup depan toko dengan terpal dengan tujuan untuk mengelabui aparat hal ini dilakukan agar supaya mereka masih tetap menjalankan aktifitas perekonomian di tengah PSBB.
PSBB juga sangat meresahakan  masyarakat pada aspek aktifitas sosial masyarakat, terlebih pada   momentum lebaran tahun ini. Situasi ini terjadi karena kebiasaan masyarakat Indonesia mendekati lebaran yaitu mudik atau pulang kampung yang biasa dilakukan pada akhir bulan ramadhan. Sayangnya tahun ini beberapa masyarakat Indonesia tidak bisa melakukan perjalanan pulang kampung karena PSBB yang diberlakukan oleh pemerintah untuk menghindari tersebarnya virus covid-19 ini. Situasi ini tentu menyulitkan bagi sebagian masyarakat perantauan yang hidup jauh dari sanak family mereka. Beberapa di antara mereka memilih memaksakan diri untuk mudik atau pulang kampung dengan cara yang berbeda-beda untuk tetap bisa merayakan moment lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Kita dapat menjumpai hal tersebut di beberapa berita mainstream seperti televisi dan koran dimana masyarakat harus rela menumpang di mobil angkutan barang dan bersembunyi di balik barang yang diangkut oleh mobil-mobil tersebut untuk dapat mengelabui petugas agar bisa pulang ke kampung halaman mereka, ada juga yang harus berjalan kaki ratusan kilometer untuk dapat pulang ke kampung halamannya dikarenakan pembatasan akses kenderaan oleh petugas pada saat melewati perbatasan daerah. Hal-hal demikian harus dilakukan oleh mereka agar tetap bisa merayakan moment lebaran bersama keluarga mereka. Dengan adanya PSBB ini juga menjadikan trend silaturahmi virtual atau online dikalangan masyarakat menjadi begitu marak. Tentu dengan memanfaatkan teknologi yang ada,  masyarakat tetap bisa mengobati kerinduan mereka dengan suadara atau kerabat walau hanya sekedar telfon dan video call meski tidak sebegitu hangat dan meriah sebagaimana biasa berkumpul dan bercengkerama secara langsung.
Pada akhirnya kita selalu berdoa dan berharap agar pandemic ini cepat berakhir. Sepatutnya kita semua harus saling berupaya dan bersinergi unutk bisa melawan dan mengakhiri virus ini dengan kesadaran kolektif. Banyak para petugas kesehatan dan keamanan yang juga tidak sempat merasakan keindahan moment lebaran bersama orang-orang yang mereka cintai. Begitupun dengan pemerintah, sepatutnya dengan otoritas yang dimilki mereka bisa atau mampu menciptakan kebijakan yang tegas, efektif dan efisien untuk dapat menghadapi pandemic virus corona ini. Semoga kesabaran atas keresahan semua orang dari situasi ini dapat berbuah manis pada suatu hari nanti dan semoga ini menjadi pembelajaran kita semua untuk senantiasa tidak egois dengan apa yang kita punya. Semoga Bermanfaat
Penulis adalah Mahasiswa Prodi PPKn FIS UNG, Aktivis Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim Gorontalo.