New Normal: Negara Berdamai atau Menyerah dengan Virus ?

Iklan Semua Halaman

Iklan

New Normal: Negara Berdamai atau Menyerah dengan Virus ?

FKMM Gorontalo
Selasa, 26 Mei 2020

New Normal : Negara Berdamai atau Menyerah dengan Virus ?

 Oleh :
Achmad Husein Hasni

Indonesia dengan berbagai kekayaan dan potensi yang ada di dalamnya kembali di uji oleh kebijakan – kebijakan kontroversial yang cukup membingungkan masyarakat serta menimbulkan kontradiktif opini yang dapat melahirkan polarisasi ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Permasalahan dan keriwetan yang terjadi pada negara Indonesia seakan terakumulasi dan semakin menjadi-jadi dengan adanya virus covid-19 yang cukup membuat semua orang ketakutan dengan kehadirannya. Tidak heran berbagai macam cara dilakukan oleh pemerintah untuk bisa mengatasi dan mengakhiri pandemic covid-19 ini yang kurang lebih sudah berlangsung selama 2 bulan belakangan. Himbauan dan sosialisasi terus digalakkan oleh pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran virus covid-19 ini. Bukan hanya itu saja, pemberlakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dinilai kurang efektif juga menjadi suatu kelemahan tersendiri dalam menghentikan proses penyebaran virus tersebut. Sehingganya pemerintah harus mencari gaya dan pola baru untuk tetap menjalankan seluruh aspek kehidupan yang ada demi untuk terciptanya suatu tataran kehidupan yang normal dan seimbang.
Sekitar pertengahan bulan Mei tahun 2020. Presiden Joko Widodo menyampaikan suatu statemen sekaligus mengumumkan terkait upaya pemerintah selanjutnya dalam  menghadapi virus dan menjalankan roda aktifitas sosial di tengah pandemic covid-19 ini. Statement yang dikeluarkan oleh presiden Indonesia yaitu “Kehidupan  kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru.” Dalam hal ini lebih lanjut presiden menyatakan bahwa Indonesia atau bangsa kita akan berkompromi dengan virus corona yang sedang melanda di seluruh belahan dunia yang ada di muka bumi ini. Hal tersebut tentu mengejutkan berbagai lapisan masyarakat, sebab negara kita akan menerapkan herd imunity yang dalam artian luasnya ialah masyarakat yang memiliki antibody terkuatlah yang masih tetap akan bertahan hidup untuk menjalani aktifitas kehidupannya. Sementara bagi sebagian masyarakat yang lain mungkin harus menunggu vaksin untuk bisa melawan serangan dari virus yang ada saat ini. Dengan arti kata sebagian dari jumlah populasi manusia pada suatu negara akan berkurang dan hanya orang yang memiliki imunitas diri terhadap virus yang mampu bertahan hidup sehingga secara alamiah mereka tervaksinasi oleh system imun yang ada di tubuh mereka.
Beberapa analis kesehatan memberikan panduan terhadap pemutusan wabah virus corona di Indonesia. Salah satu di antaranya yaitu mantan menteri kesehatan Republik Indonesia ibu Siti Fadilah yang sempat berdiskusi dengan salah satu mentalist terkemuka tanah air pada program podcast Deddy Corbuzier yang disiarkan lewat channel youtube pribadinya. Sebelumnya Ibu Siti Fadilah sedang menjalani masa hukuman penjara akibat kasus korupsi yang dialaminya. Tetapi jika kita menelisisk track record dari ibu ini, beliau merupakan orang yang berhasil melawan WHO untuk tidak menetapkan status pandemic pada saat itu dimana dunia digemparkan dengan kehadiran SARS atau Flue Burung. Ibu Siti Fadilah mengungkapkan negara Indonesia tidak perlu membeli vaksin dari negara luar karena model dari virus yang ada di tiap-tiap negara berbeda, untuk itu Ibu Siti Fadilah lebih memilih melakukan riset mandiri di negara masing-masing dan menciptakan vaksin sendiri untuk mengatasi virus yang ada di negara kita sendiri. Lebih lanjut ibu  Siti Fadilah mengungkapkan adanya keterlibatan para pengusaha dalam hal ini konglomerat global yaitu Bill Gates dalam  hal merebaknya virus ini di muka bumi. Menurutnya bisa jadi mereka membuat hal ini untuk menguntungkan diri mereka sendiri dari hasil penjualan vaksin yang dilakukan. Untuk itu beliau menyarankan agar supaya pemerintah tidak menerima atau membeli vaksin virus dari luar karena kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu Siti Fadilah akan terjadi dan tentu akan sangat merugikan negara dalam hal ini pada sisi budgeting. Beliau optimis bahwa negara kita bisa mandiri dan menciptakan vaksin sendiri agar bisa menghilangkan virus corona ini dari negeri yang kita cintai. Pemerintah perlu memberikan anggaran atau dana kepada para tenaga ahli dan akademisi yang berhubungan dengan virus untuk bisa melakukan riset dan pembuatan vaksin virus yang tentu akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat kita serta tanpa intervensi dari pihak luar atau asing. Begitulah pemikiran yang disampaikan oleh Mantan Menteri Kesehatan RI ini.
Hal senada juga sama dikemukakan oleh seorang pebisnis kaya raya sekaligus orang yang memiliki julukan sontoloyo di Indonesia, yang pada akhir-akhir ini nama beliau cukup santer terdengar massif dipermukaan. Beliau bernama Mardigu, sama halnya dengan ibu Siti Fadilah, Pak Mardigu juga menyampaikan ini pada program yang sama yaitu podcast Deddy Corbuzier dimana beliau menuturkan bahwa menurut penyampaian dari salah satu teman saya seorang ahli virus yang berasal dari Cambridge University dia menyampaikan bahwa virus ini memiliki tiga macam karakteristik atau tipe yang berbeda-beda disetiap tempatnya. Hal ini dibuktikan oleh keberadaan  laboratorium  yang  hanya berada di tiga negara yang ada di dunia masing-masing berada di Wuhan, Amerika dan Israel. Beliau menyatakan bahwa sebelum melakukan test virus terhadap seseorang dan mencari upaya apa yang harus dilakukan untuk supaya bisa menghadapi virus tersebut, negara terlebih dahulu harus mengetahui virus yang ada di Indonesia itu masuk pada tipe apa, apakah tipe A,B atau C. Sehingga dengan hal ini kita bisa mendeteksi treatmen apa yang harus dilakukan masyarakat untuk menghadapi ancaman virus yang ada di depan  mata kita. Beliau juga mneyinggung terkait dengan herd imunity yang diterapkan oleh negara kita dimana beliau menyatakan seharusnya pemerintah kita terlebih dahulu harus memilki data terkait dengan masyarakat yang mampu untuk menghadapi virus secara langsung dan masyarakat yang tidakbisa menghadapi virus secara langsung dengan artian memiliki system imun yang lemah atau dengan istilah postmortem dan antimortem. Dari hal tersebut pastilah pemerintah dalam hal ini bidang kesehatan akan lebih mudah dalam menentukan kesimpulan untuk direalisasikan pada  kebijakan yang akan dibuat. Sehingganya jika sewaktu-waktu terjadi pembludakan  jumlah  pasien di rumah sakit pemerintah mampu untuk menanggulangi permasalahan ini dengan cermat.
Pemerintah seperti seakan kehilangan akal dengan adanya wabah pandemic virus corona ini. Jika kita memaknai secara cermat terkait pernyataan presiden di atas. Seakan-akan negara Indonesia menyerah dalam menghadapi virus corona, sehingga menjadi suatu pertanyaan besar yaitu bagaimana bisa kita berkompromi dan berdamai dengan sesuatu yang sama sekali tidak dapat kita lihat dengan kasat mata? Kata Mardigu, berdamai artinya kedua belah pihak sama-sama bersepakat untuk tidak saling menyerang atau menyakiti, tetapi jika kita menyatakan berkompromi dengan virus, itu sama saja kita mengangkat bendera putih dan virus tersebut tetap akan terus menyerang kita karena lawan kita adalah mikroba bukan manusia.
 Sepertinya kekhawatiran akan merosotnya kondisi perekonomian negara mungkin menjadi suatu alasan konkrit dalam penerapan herd imunity tersebut. Bagaimana pemerintah kita tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat menengah kebawah yang mengakibatkan mereka masih harus beraktifitas di luar rumah dan bersusah-payah untuk mememnuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga di tengah pandemic ini. Sehingganya hal tersebut  menjadi sesuatu yang mengundang sorotan dan kritikan tajam dari masyarakat kepada pemerintah dalam penanggulangan covid-19 ini, karena kebijakan-kebijakan sebelumnya yang dikeluarkan belum mampu untuk menutup akses penyebaran virus covid-19 dari orang-orang yang berhasil keluar masuk pada suatu daerah tertentu.
Tidak adanya skala prioritas dalam hal pencapaian tujuan negara juga menjadi problem utama bagi bangsa kita, baik itu dalam hal  pembangunan dan pemberdayan serta pengelolaan pemerintah terhadap negara dan rakyatnya. Kondisi ini  menjadi sesuatu hal yang sangat miris untuk membangun Indonesia yang Berdikari dan Cemerlang terutama dalam menghadapi suistuinable development goals SDG’s dan Indonesia Emas tahun 2045. Negara kita selalu saja bergantung  pada asing dan aseng dalam membangun negara seperti yang dicita-citakan oleh para pendahulu kita. Pemerintah belum mampu untuk keluar dari intervensi para globalis untuk bisa menjadikan negara kita berdaulat secara paripurna. Sehingganya kesadaran berwarga negara perlu ada pada semua lapisan masyarakat terutama kepada para elit politik Indonesia untuk bisa mendistribusikan keadilan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan dapat membangun negara Indonesia menjadi negara hebat yang berdaulat secara penuh tanpa intervensi dari pihak manapun.
Penulis adalah Mahasiswa Prodi PPKn FIS UNG, Aktivis Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim Gorontalo.