SPIRIT NASIONALISME DI
ERA NEW NORMAL
Penulis : Achmad Husein
Hasni
Sejarah panjang
perjuangan bangsa Indonesia nampaknya cukup untuk memberikan contoh dan menjadi
roll model kepada setiap insan
manusia yang sejak lahir telah dianugerahkan untuk menjadi warga negara
Indonesia. Hal itu patutlah disyukuri oleh setiap anak banga Indonesia yang
diharapkan dapat meneruskan perjuangan dari the
founding fathers bangsa Indonesia sebagai bentuk penghargaan tertinggi anak
bangsa kepada para pejuang yang telah membawa kemerdekaan kepada kita sebagai
anak bangsa Indonesia yang tentu diharapkan bisa menjadi pionir kejayaan negara
kesatuan republik Indonesia.
Indonesia tentu
memiliki segudang keindahan dan keunikan pada setiap sisi atau ruang lingkup,
baik dari sisi alamiah-nya yaitu keanekaragaman hayati maupun sosial
kemasyarakatan yang menjadi ciri identitas murni bangsa Indonesia. Segala
kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia menjadi modal dan harta karun bangsa
Indonesia untuk bisa dimanfaatkan menjadi suatu nilai lokal yang bisa berguna
untuk kehidupan masyarakat. Sumber kekayaan alam dan seluruh energi mineral
yang terkandung di dalamnya menjadi anugerah terbesar yang diberikan Tuhan
untuk bisa dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya oleh anak-anak bangsa Indonesia
dalam mendistribusikan kesejahteraan dan keadilan kepada seluruh rakyat
Indonesia.
Selain memiliki
kekayaan alam yang begitu hebat, Indonesia juga memiliki identitas nasional
yang begitu otentik dan menjadi sumber kekayaan lain dari bangsa ini, identitas
yang dimaksud yaitu keanekaragaman pada aspek sosial kemasyarakatan. Kita tentu
menyadari bahwa para pendiri bangsa kita tentu memiliki kesulitan dalam
menemukan kesepakatan untuk menentukan dasar negara, akan tetapi ada satu hal
yang dimilki oleh para pendiri bangsa dan negara kita dalam melaksanakan
kemerdekaan bangsa Indonesia walau di tengah perbedaan ideologi, ras, suku,
agama dan daerah. Mereka memberikan contoh bahwa spirit nasionalisme menjadi
sesuatu yang begitu mahal untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari para
penjajah. Semboyan Bhineka Tunggal Ika menjadi monumen pikiran dalam membangun
kesadaran hidup bersama di tengah keniscayaan perbedaan yang tanpa kita sadari
juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk bisa mendewasakan
diri dan karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Tentu kita masih
ingat dengan sejarah perjuangan mendirikan negara Indonesia yang begitu ulet
dan cukup menguras pikiran dan tenaga dari para pendiri bangsa Indonesia,
perdebatan akan pandangan hidup berbangsa dan bernegara menjadi sesuatu yang
cukup panas dan panjang dalam menentukan arah masa depan bangsa kita. Tetapi
mereka paham dan sadar betul akan substansi dan nilai yang terkandung dari
Indonesia itu sendiri. Mereka melakukan dan menunjukkan kepada masyarakat
internasional bahwa perbedaan yang menjadikan kita kuat dan bersatu, serta
semangat perbedaan itu dituangkan dalam nilai gotong-royong dan tenggang rasa
(kompromi) dalam mendirikan bangsa Indonesia yang sangat dicintai. Kita tentu
paham bahwa rasa saling memiliki adalah bukti dari bentuk kemanusian tertinggi
yang dimiliki oleh insan manusia yang hidup di muka bumi, untuk itu sikap gentlemen agreement menjadi modal berharga yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia dalam memulai pelaksanaan pembangunan negara dari berbagai macam
aspek dan bersedia untuk menerima segala perkataan yang dianggap benar dan adil
oleh seluruh pihak untuk kepentingan bersama.
Seiring
berjalannya waktu,tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia menjadikan
bangsa dan negara kita seharusnya menjadi pribadi dengan karakter yang kuat
untuk memajukan negara Indonesia, tetapi pada kenyataan yang ada, bangsa kita
masih saja terus mencari jati dirinya dan terjebak pada situasi yang dapat
mengancam eksistensi kedaulatan negara Indonesia. Terlebih pada saat ini bangsa
kita menghadapi tantangan yang sangat berat, tantangan yang sebelumnya tidak
pernah terbayangkan oleh kita semua. Situasi ini semakin memperparah stabilitas
ekonomi bangsa Indonesia yang pada akhir-akhir ini mengalami kemunduran,
begitupun dengan pengelolaan negara yang dinilai oleh masyarakat banyak belum
maksimal dan masih dengan menggunakan cara atau strategi lama yang dianggap
tidak berjalan baik dalam mewujudkan pembangunan nasional di Indonesia, sebagai
contoh banyaknya keluhan dari masyarakat terkait kurangnya lapanagan pekerjaan,
kenaikan tarif listrik, pajak kenderaan, BPJS dan lain sebagainya, serta
menumpuknya hutang negara kita pada swasta dan asing yang diikuti oleh
bangkrutnya beberapa perusahaan yang ada di dalam BUMN karena tidak mampu dalam
membayar hutang. Pada aspek hukum, negara kita masih saja terjebak dalam ruang
ketidak-adilan yang sangat menjatuhakan citra para penegak hukum di negara
kita. Begitupun dengan wakil rakyat kita yang sepertinya juga terjebak dalam
ketidak-pekaan masyarakat sebagai representative dalam menyuarakan hak rakyat,
pembahasan rancangan undang-undang yang selalu dinilai kontroversial dan tidak
sesuai dengan urgensi kebutuhan negara Indonesia menjadi cerminan lemahnya
system ketatanegaraan yang dibangun.
Pada situasi new normal seperti yang kita rasakan
saat ini, bangsa kita seyogianya harus kembali menumbuhkan dan memancarkan
spirit nasionalisme yang diajarkan oleh para pendiri bangsa kita. Semangnat gotong-royong
untuk hidup bersama dalam suatu perbedaan harus kembali kita dengungkan dan
perlihatkan bahwa kepentingan bersama jauh lebih berharga dari apapun. New
normal menjadi tantangan baru untuk bangsa Indonesia dalam menguji seberapa
besar rasa saling memahami antar sesama bangsa Indonesia itu hadir pada diri
masyarakat, tentu menjalankan himbauan protocol kesehatan pencegahan covid-19
menjadi sesuatu yang dapat meminimalisir kemudharatan kepada orang banyak,
padahal itu semua hanyalah langkah dan strategi negara dalam menutupi kegagalan
terhadap lemahnya ekonomi negara kita sehingga tidak mampu secara massif dan
menyeluruh dalam menyediakan fasilitas penunjang untuk memitigasi penyebaran
virus korona dan juga kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokok kepada
masyarakat yang memang secara ekonomi memilki kekurangan.
Identitas
Penulis:
Penulis adalah
Mahasiswa Prodi PPKn FIS Universitas Negeri Gorontalo, Kader Forum Komunikasi
Mahasiswa Muslim Cabang Gorontalo dan Kader LDF/LDK UNG.