KEPEMIMPINAN DALAM PRESPEKTIF WANITA

Iklan Semua Halaman

Iklan

KEPEMIMPINAN DALAM PRESPEKTIF WANITA

FKMM Gorontalo
Selasa, 19 Januari 2021

 

Dalam konteks kepemimpinan wanita seringkali di anak tirikan dalam hal untuk  memimpin, mengapa demikian banyak wanita yang ingin menjadi pemimpin tetapi di anggap tidak mampu memimpin, yang  hanya didasarkan pada paradigma yang menganggap wanita dalam hal untuk  mengambil keputusan sering kali menggunakan perasaan. Namun pada realitanya tidak seperti itu, karena setiap perempuan memiliki prinsip yang berbeda, yang di dasarkan pada pola pemikiranya masing-masing. Sehingga dalam hal ini penulis bertujuan untuk membuka cakrawala berfikir bagi para wanita.


       Berangkat dari teori kontingngensi atau kontingency theory, beranggapan bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori kontingensi ini, seseorang mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah. Teori kontingensi atau Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori kepemimpinan situasional.


Dalam teori ini, memberikan penjelasan kepada kita bahwa memimpin itu tidak ada batasan bagi lelaki ataupun perempuan. Dalam konteks ini penulis ingin memberikan penjelasan, bahwa hakekatnya dalam hal memimpin itu tergantung pada situasi tertentu. Pada prinsipnya manusia bisa berubah-ubah setiap detik, menit, jam, bahkan hari-hari tertentu. Artinya siapapun bisa berubah baik dia laki-laki ataupun perempuan tergntung cara setiap personal dalam menghadapi keadaan. Jika wanita memiliki pola fikir dan mampu beradaptasi dengan keadaan maka tentu wanita memiliki potensi untuk memimpin. Hari ini kita bisa melihat banyak wanita yang berhasi dalam segi memimpin, dan banyak juga gender pria yang gagal dalam meimpin.


Hakekatnya memimpin bukan hanya persoalan dia pria atau wanita akan tetapi bagimna cara seorang pemimpin dalam menghadapi keadaan yang bisa saja menguntungkan ataupun sebaliknya. untuk itu kepemimpinan dalam prespektif wanita bisa menggunakan taktik-taktik tertentu untuk menarik bawahannya. yang pertama, menggunakan manejemen kesan ( Impression manegement tactics), taktik ini bertujuan mempengaruhi dalam hal menyukai sesuatu yang didasarkan pada keputusan bersama. Dimana taktik ini menggunakan perasan kepada bawahanya agar tertarik terhadap tindakan yang di lakukan. Oleh karena itu dalam hal memimpin tentunya perasaan sangat diperlukan untuk memimpin bahwan.  Bahasa yang sederhana, memimpin itu tidak harus menggunakan otak, akan tetapi Perlu dengan penjiwaan yaitu ( Hati). Karena pada prinsipnya banyak orang yang menyukai pemeimpin yang selalu menggunakan perasaan ketimbang pemikiran pemimpin yang di dasarkan pada asumsinya sendiri. Yang kedua,  taktik reaktif ( Reactif tactics ) yaitu menolak segala upaya pengaruh yang tidak di inginkan. Inilah taktik yang bisa digunakan wanita dalam memimpin. Dimana dalam teori kontingensi bahwa kemajuan seorang pemimpin terantung Cara seseorang menghadapi situasi tertentu. Untuk itu konsistensi sangat di perlukan dalam taktik ini.


Hingganya penulis lebih menitik beratkan pada konsintensi wanita dalam memimpin,dan berusaha mehilangkan paradigma yang selama ini menganggap wanita itu tidak mampu memimpin.karena pada prinsipnya wanita memilikih peluang dan tidak ada batasan bagi siapa saja yang berusaha menghakimi wanita untuk terjun menjadi seorang pemimpin.sebagaimana dalam amandemen UUD 1945 setiap orang berhak mendapat perlakuan yang sama.adapaun rekomendasi dalam tulisan ini penulis mengharapkan kepada para pembaca terhusus pada para wanita,lakukan apa yang menjadi keingin dan landasi keinginan itu dengan konsistensi diri.

 


Penulis : Yuyun J. Bare'e