MERAWAT PERADABAN
Oleh: Achmad Husein Hasni
Dalam
suatu masa tentu kita akan menjumpai yang namanya kemunduran dan kemajuan suatu
zaman/era. Kemunduran atau kemajuan diakibatkan oleh banyak faktor yang
mempengaruhi suatu masa dalam siklus kehidupan manusia. Faktor-faktor tersebut
bisa diakibatkan oleh manusia itu sendiri ataupun kondisi alam yang terjadi.
Kemajuan suatu peradaban tentu sudah pasti terjadi karena pengembangan ilmu
pengetahuan yang setiap waktu terus-menerus mengalami perkembangan untuk kemudahan
dan berfungsi dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam setiap perkembangan
kehidupan yang ada pada suatu zaman. Sementara kemunduran peradaban bisa
terjadi baik oleh manusianya yang tidak mampu bertahan dalam situasi yang ada
atau malah tidak mampu melakukan suatu inovasi dalam menyelesaikan masalah yang
terjadi bahkan mungkin manusia tidak mampu dalam membaca situasi sehingga tidak
bisa memanfaatkan peluang yang ada dan tersingkirkan oleh ancaman yang datang
karena tidak memiliki kompetensi dalam membangun sistem dan membentuk strategi
dalam menghadapi tantangan peradaban yang terjadi.
Manusia
sesuai kodratnya tentu sudahlah final dan harus dijalankan sebagai pemimpin
yang ada di muka bumi sebagai makhluk yang diciptakan tuhan untuk menjalankan
roda-roda kehidupan sesuai dengan takdir yang telah menjadi garis kekuasaan
Tuhan yang maha esa. Sudah barang tentu hal ini menjadikan manusia sebagai
perantara Tuhan dalam menjalankan takdirnya pada setiap proses perjalanan
kehidupan manusia sebagai makhluk bumi. bukan hanya manusia, alam-pun memiliki
tugas yang tidak kalah penting dalam membantu Tuhan menjalankan/merealisasikan
takdir-Nya pada manusia. Mungkin barangkali manusia bisa melakukan segala hal
yang dia inginkan untuk memenuhi hasrat dalam kehidupannya dengan
rencana-rencana hebat yang mereka lakukan, akan tetapi semua rencana yang telah
mereka bangga-banggakan itu belum tentu bisa mereka lakukan dengan baik sesuai
rencana mereka yang ada sebelumnya. Bisa jadi rencana mereka tergagalkan oleh
bencana alam yang melanda desa atau tempat tinggal mereka, bisa jadi pula
rencana mereka digagalkan oleh musuh-musuh mereka yang mereka tidak sadar telah
mengintai mereka dari awal mereka berencanamelakukan sesuatu itu.
Sebagai
suatu mahluk yang dipercayakan Tuhan untuk memegang amanah dalam memimpin
kehidupan dunia. Manusia juga tentu memiliki berbagai macam model atau gaya
kepemimpinan di dalam menjalankan proses kekuasannya tersebut. Terkadang ada
hal positif pada setiap gaya kepemimpinan yang diterpakan oleh seorang pemimpin
dalam memimpin pasukannya atau rakyatnya, terkadang banyak juga masyarakat atau
para serdadu yang dipimpinnya itu menganggap bahwa kepemimpinannya itu tidak
baik atau semenah-menah. Maka gaya kepemimpinan itu harus ditentukan dan wajib
dilakukan pada situasi yang memang perlu hal tersebut dilakukan, atau bahkan
seorang pemimpin memilih gaya kepemimpinan yang tidak disukai rakyatnya untuk memperlihatkan
kekuatan yang ia miliki kepada para lawannya yang menurutnya bisa menjadi
ancaman jika ia tidak melakukan hal yang demikian. hal ini hanyalah perspektif
atau asumsi yang dimainkan oleh segelintir orang untuk mempengaruhi orang
banyak. Tidak sedikit juga orang yang notabenenya memiliki kedekatan atau
merupakan suatu komplotan berkonflik antar sesama mereka hanya untuk memenuhi
hasrat kepentingan individu anatara satu dengan yang lain. Semua mengklaim
bahwa dirinya-lah yang paling benar, paling berjasa atau paling pantas dalam
mendapatkan hal itu. Konflik saudara banyak terjadi hanya karena masalah
mempertahankan gengsi-nya dan memperebutkan materi yang sifatnya duniawi.
Konflik internal (conflict of intern) bagi suatu negara bangsa adalah sesuatu
yang berbahaya bagi keberlangsungan kedaulatan bangsa dan negara. Menumbuhkan
rasa toleransi atau tenggang rasa di antara perbedaan menjadi upaya dalam menjaga
kerukukan dan persatuan antar sesama warga negara. Pemimpin yang adil, arif dan
bijaksana menjadi kunci untuk kesatuan bangsa yang majemuk. Satu hal lagi,
jangan sampai antara warga negara dan pemimpinnya tidak bisa membangun rasa
kepercayaan yang baik, sehingganya pemimpin harus menjadi contoh dan teladan
yang baik dalam menumbuhkan rasa integritas masyarakat dan semangat dalam
merawat persatuan dan kesatuan yang dibangun oleh suatu negeri.
Sedikit
kembali pada maju-mundur peradaban yang sebagaimana penulis utarakan di awal
tulisan ini. Sepertinya pemimpin yang berilmu pengetahuan menjadi kunci dalam
membangun peradaban suatu negeri untuk menyelesaikan problematika kehidupan
yang ada demi terbentuknya suatu kehidupan kolektif yang sehat antar manusia
dengan sesama manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan tuhan. Apakah
berilmu pengetahuan atau menjadi cendekiawan sudah cukup dalam merawat
peradaban? Menurut penulis ilmu harus dibarengi dengan akhlak atau budi pekerti
yang luhur, karena menjadi teladan perlu adanya keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dan perilaku yang baik untuk bisa menginspirasi orang-orang,
masyarakat atau bahkan prajurit yang sedang dipimpinnya dengan tentu tidak
melupakan prinsip-prinsip kebijaksanaan dan kekuatan (power) untuk bisa
mempengaruhi orang banyak dan melawan musuh-musuh yang ingin menghancurkan kita.
Terakhir
dan ini yang paling penting. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas
dari friksi dan konflik-konflik kecil yang selalu menjadi kerikil bahkan
pengganggu dalam hubungan sosial yang ada. Untuk itu kita sebagai manusia perlu
dalam membangun komunikasi yang baik dan sesuai koridor hubungan manusia yang
wajar agar bisa saling memahami dan mengerti satu sama lain dalam menajalani
roda-roda kehidupan yang sebagaimana mestinya. Maka dari itu dengan ilmu
pengetahuan, akhlak dan komunikasi yang baik, kita bisa menumbuhkan dan merawat
peradaban yang kita bangun untuk masa depan yang lebih cemerlang.
Penulis
adalah Mahasiswa PPKn FIS UNG, Aktivis Forum Komunikasi Mahasiswa Muslim
Gorontalo dan Kader LDF/LDK UNG